R U M A H

menghadirkan informasi dan inspirasi memilih rumah yang tepat sesuai kebutuhan dan karakter

E K S T E R I O R

memberikan inspirasi estetik berkarakter bagi tampilan rumah anda

I N T E R I O R

kreasi tak terbatas bagi ruang dalam untuk mendukung aktivitas dan ekspresi yang beragam.

T A M A N dan L I N G K U N G A N

keramahan dan kesejukan taman untuk kenyamanan tempat tinggal.

F U R N I T U R

ragam kreasi furnitur yang memberikan dukungan interior yang pas dan apik.

Monday, September 26, 2011

Bangunan Bambu

Bambu telah digunakan sebagai bahan bangunan sejak lama di Indonesia. Struktur bangunan bambu dapat dengan mudah ditemui di banyak tempat yang memiliki bambu, mulai struktru yang paling sederhana seperti gubuk hingga struktur yang rumit berupa jembatan dengan bentangan hingga puluhan meter dapat ditemui di Sumatra, Jawa dan Sulawesi.

struktur bangunan bambu bentang lebar














Sebagai bahan bangunan, bambu memiliki keunggulan karena struktur dan juga karena perbandingan kekuatan dan berat yang dimilikinya. Serat bambu yang panjang menambah kekuatan bambu dan bahkan melebihi kayu pada umumnya, dan bahkan mengalahkan baja. Di sisi lain, bambu memiliki kadar lignin yang rendah, komponen punyusun utamanya adalah asam salisilat, yang memberikan kelenturan sekaligus kekuatan pada bambu.

Pemanfaatan bambu semakin lama diketahui semakin banyak, dalam hal bahan bangunan misalnya, dalam beberapa tahun belakangan ini, pemanfaatan panel atau bambu laminasi semakin berkembang pesat. Ini tentu saja di sebab oleh keindahan tekstur bambu, serta kekuatan, kelenturan dan kemampuan bahan bambu beradapatasi dengan kelembaban. Maka tidaklah berlebihan jika banyak pihak mengatakan bahwa bambu adalah bahan material masa depan yang akan menggantikan posisi kayu.
Keuntungan menggunakan bahan bambu
Rumah bambu tradisional timorSudah umum diketahui bahwa bambu adalah sumber yang dapat diperbaharui, alami dan mampu tumbuh dengan sangat cepat, sehingga pemanfaatan bambu akan mengurangi penggundulan hutan hujan tropis yang saat ini dalam kondisi kritis. Kelebihan menggunakan bahan bambu untuk bangunan diantaranya:
  • Bambu mudah dipotong, dilobangi, diangkat serta mudah perawatannya, hanya dengan peralatan sederhana kita bisa membuat bangunan bambu.
  • Karena karakter dan struktur fisiknya, bambu dapat dikatakan cocok untuk segala jenis struktur konstruksi. Baik untuk konstruksi permanen maupun bangunan sementara. Selain itu, kelenturan dan kekuatannya terbukti sebagai bahan yang aman untuk daerah yang rentan gempa seperti Indonesia.
  • Bambu tidak bersifat polutif, seluruh bagian bambu dapat digunakan dan tidak ada yang terbuang. (Dalam praktiknya batang bambu dapat digunakan untuk konstruksi, bagian pucuknya yang lebih kecil dapat dijadikan ajir atau penyangga tanaman, daun bambu dapat dijadikan makanan ternak dan juga kompos, tunas muda bambu dapat dimakan sebagai sayuran yang lezat). Bahkan sisa-sisa dari industry furniture/banguanan bambu dapat dijadikan arang yang bermutu dan bernilai ekonomi tinggi.
  • Bagian permukaan luar bambu sudah secara alami licin dan bersih dengan warna yang alami dan menarik pula. Sehingga bambu tidak memerlukan pengecatan atau amplasan. Bambu juga dapat dikombinasikan dan cocok dengan material lain seperti kayu, batu, dan baja.
Perlakuan terhadap bahan bambu
restoran dan cafe dari bahan bambuAplikasi yang kurang tepat, perlakuan yang salah dan pemanfaatan bambu sebagai bangunan murahan telah menggiring kepada pandangan umum bahwa bambu adalah kayu murahan. Namun saat ini kesadaran masyarkat akan kelebihan bahan bambu serta nilai lebihnya dari sisi lingkungan mulai membawa bambu ke tingkat yang lebih tinggi. Apa yang akan terjadi pada material bambu ketika kita tidak memperlakukannya dengan benar?
  • Ketika ditebang, kumbang bubuk akan segera meninfeksi bambu, oleh sebab itu sangat dianjurkan untuk langsung mengawetkan bambu.
  • Bambu yang bersentuhan langsung dengan tanah dalam waktu lama, akan mangalami pelapukan dan mengundang serangan serangga, hal ini juga terjadi pada kayu. Oleh sebab itu sturktur bambu harus menghindari kontak langsung dengan tanah.
  • Sama seperti kayu, bambu yang kering sangat mudah terbakar, oleh sebab itu sangat dianjurkan untuk mengawetkan bambu dengan bahan pengawet yang dapat meningkatkan tingkat fire retardant bambu.
  • Banyak tukang yang sulit mengerjakan bahan bambu karena ukuran diameter bambu dari pangkal ujung seringkali tidak sama, demikian pula ketebalannya. Namun para perajin dan tukang yang berpengalaman menangani bambu tidak ada kesulitan dengan kondisi ini. Artinya diperlukan pelatihan bagi yang belum mengenal karakteristik bambu.
  • Konstruksi bambu yang baik membutuhkan keahlian khusus dalam hal sambungan dan ikatan. Aplikasi yang salah akan mengurangi kekuatan struktur dan juga keindahan bangunan bambu. Diperlukan peningkatan keterampilan bagi yang baru mulai bekerja dengan bambu.

Prinsip Sambungan Material Bambu

Prinsip dasar sambungan bambu

contoh sambungan yang benarDi halaman ini terdapat beberapa contoh sambungan dasar yang biasa diterapkan pada struktur bambu. Aplikasi secara tepat dan benar sangat penting dan mempengaruhi kekuatan dan keindahan struktur bambu yang anda buat. Berikut ini adalah prinsip-prinsip dasar yang perlu diperhatikan dalam membuat bangunan atau produk bambu lainnya:
  • Hindari menggunakan bambu yang muda atau masih hijau dan baru ditebang untuk bangunan bambu anda. Bambu sebaiknya dikerinkan dulu sebelum digunakan untuk keperluan konstruksi dan furniture
  • Gunakan bambu yang cukup tua, tapi tidak terlalu tua, karena jika terlalu tua kekuatannya juga sudah berkurang. Umur bambu yang dianjurkan adalah sekitar 3-4 tahun.
  • Jangan gunakan bambu yang telah terserang bubuk atau serangga lainnya. Bambu haruslah diawetkan terlebih dulu untuk memperpanjang usia bangunan anda.
  • Jangan gunakan bambu yang retak karena dapat mengurangi kekuatan struktur bangunan.
  • Gunakan teknik pemotongan dan sambungan yang benar ketika membuat bangunan bambu.
  • Gunakan bambu denga diameter dan ketebalan yang sesuai dengan kebutuhan proyek anda.
  • Hindari penggunaan paku, lebih baik menggunakan sambungan besi, nilon atau ikatan ijuk. Penggunaan paku secara langsung dibatang bambu dapat menyebabkan bambu retak bahkan pecah.
  • Jika bambu dipakai untuk tiang penyangga, pastikan sedapat mungkin bagian penopang bawah yang menjadi penyangga dipotong tepat menyisakan buku bambu, jadi jangan memotong di tengah ruas bambu.
  • Jika menggunakan sambungan baut, upayakan memasangnya disekitar buku bambu, karena pemasangan di tengah-tengah ruas dapat membuat bambu pecah ketika baut dikencangkan.
  • Manfaatkan keberadaan nodes (buku diantara ruas) ketika anda membangun menggunakan bambu. Buku bambu ini sangat penting, tiang bambu harus menyisakan buku di kedua ujung bambu untuk mempertahankan kekuatan, jika tidak tekanan akan menyebabkan ruas bambu menjadi retak dan pecah.
  • Memang sangat sulit dan bahkan mustahil untuk menemukan bambu yang memiliki panjang ruas yang sama, jika anda terpaksa memotong di bagian tengah ruas, gunakakan lah penguat dengan cara memasukkan kayu ditengah ruas tersebut untuk menggantikan posisi buku dan menjaga kekuatan bambu

Berikut ini adalah beberapa gambar dari sambungan atau koneksi dasar yang dianjurkan untuk konstruksi bambu.
Jenis-jenis potongan & cara membuatnya:

Aplikasi pasak kayu sebagai penguat:


Contoh-contoh sambungan:













Courtesy : bambuawet.com :::

Saturday, September 24, 2011

Bambu: Alternatif Material Rumah

Kita ketahui bahwa kayu mutlak dibutuhkan dalam pembangunan rumah. Oleh karena itu eksplorasi besar-besaran, seperti penebangan pohon di hutan-hutan Kalimantan, banyak terjadi. Melihat penebangan pohon dan penggundulan hutan seperti itu, arsitek Effan Adhiwira merasa prihatin dan mengatakan harus ada pilihan lain untuk menyelamatkan kayu.
Bahkan sekarang, karena permintaan kayu yang sangat besar di pasaran, eksplorasi kayu sudah merambah sampai ke Papua, tak hanya Kalimantan saja. Effan mengatakan, pasar membutuhkan pilihan lain yang tidak kalah dengan material kayu untuk membangun rumah. Pilihan ini juga ramah lingkungan, tetapi utamanya memberikan pilihan agar dapat mengurangi produksi kayu. Effan menambahkan bambu merupakan pilihan yang tepat sebagai alternatif bahan pembangun rumah.


Bambu memang sudah lama didengungkan sebagai material alternatif karena produksinya lebih murah. Struktur bambu juga kuat. Namun, kurangnya sosialisasi dan bukti-bukti bahwa rumah berbahan bambu itu kuat menjadikan peminatnya sedikit. Hal itu dibuktikan oleh John Hardy dengan mendirikan Green School dan hunian Green Village di Bali. Green School merupakan sekolah yang bangunannya terbuat dari bambu. Di sini, para peserta didik diajarkan cara mengenal dan menyayangi lingkungan. Sedangkan Green Village adalah hunian bagi orangtua siswa tinggal di dekat sekolah. Sekolah yang sudah berdiri sejak 2008 ini memprioritaskan material alam di sekitar lingkungan sekolah menjadi bahan utamanya.
"Di sana diajarkan bahwa di alam ini tidak ada yang berwujud kotak sempurna, karenanya bangunan mengikuti dan beradaptasi terhadap apa yang sudah diberikan alam. Bangunan di Green School tidak memaksakan atau memotong pohon yang sudah ada," kata Effan.
Bangunan yang tercipta terlihat menakjubkan meskipun berbahan bambu. Begitu juga dengan teknik-teknik perencanaan bangunan yang dibuat secara matang dan mengutamakan unsur keselamatan komunitas di dalamnya. Desain bangunan tersebut dibuat secara bijaksana, yakni menggunakan material yang tersedia di alam, tetapi tetap berpikir kreatif untuk memaksimalkan karakteristik material itu. Namun, penggunaan bambu untuk membangun rumah juga patut memperhitungkan pemrosesan yang tepat. Misalnya saja, proses pengeringan yang sangat lama agar kekuatan bambu tahan lama dan antihama.
Effan juga mengemukakan bahwa pemakaian bambu juga tak boleh bersentuhan langsung dengan tanah. Agar semakin kuat dan memerhatikan aspek keselamatan, pemakaian bambu bisa dipadukan dengan penggunaan beton sebagai fondasi. Namun, lepas dari berbagai kekurangannya, pendekatan penggunaan bambu sebagai alternatif pendamping kayu akan mengajak masyarakat memikirkan isu-isu lokalitas. Effan juga melanjutkan material apa pun dapat dikembangkan. Proses ini sebagai salah satu pendekatan untuk membangun dunia yang berkelanjutan.

Courtesy : Pendopo.com I properti.kompas.com ::::

Teduh Nyaman Rumah Bambu

Gerah dan panas sepanjang perjalanan dari Jakarta menuju Cibinong, Kabupaten Bogor, langsung sirna begitu memasuki kawasan Yayasan Bambu Indonesia. Semilir angin bertiup di antara keteduhan rumpun bambu.Tubuh terasa nyaman begitu duduk lesehan di gazebo ataupun rumah-rumah bambu. Tak heran, cukup banyak konsumen berupaya membawa pulang kesejukan itu dengan membangun rumah bambunya sendiri.

Sejak tahun 1985, pengelola Yayasan Bambu Indonesia, Jatnika Nanggamiharja, telah membangun lebih dari 3.000 rumah bambu di seluruh Indonesia. Permintaan ekspor knock down atau rakitan rumah bambu dari luar negeri pun terus mengalir, khususnya dari Malaysia, Brunei, dan Arab Saudi. Jatmika mengaku sampai kewalahan dan menolak permintaan ekspor rumah bambu karena maksimal hanya bisa membangun dua rumah bambu kualitas nomor satu per tahun. Lamanya proses pembuatan rumah terkait pemilihan bahan baku rumah bambu berkualitas tinggi yang bisa memakan waktu hingga enam bulan.
Bambu rakitan yang dikirim ke Malaysia, antara lain, terdiri dari bambu betung, bambu gombong, bambu tali, dan bambu hitam yang sudah mengalami pengawetan di Bogor. Pembangunan tiap rumah dilakukan tenaga ahli dari Indonesia dan biasanya membutuhkan waktu pembangunan sekitar tiga bulan per rumah.



Di dalam negeri, pembangunan rumah bambu terus menjadi tren untuk digunakan sebagai kediaman pribadi, ruang pertemuan, hingga masjid dan pesantren. Bambu sanggup memberi citra rumah rakyat yang ramah lingkungan dan mudah dirawat. Dengan proses pengawetan yang benar, bambu tidak mudah rusak oleh cuaca atau serangan rayap dan bubuk.

Modern
Rumah bambu biasanya dibuat tidak terlampau besar, tetapi tetap mampu memenuhi kebutuhan hidup manusia modern. Rumah bambu yang ditempati Jatnika dan keluarganya memiliki empat kamar tidur, ruang tamu, ruang keluarga, dapur, dua kamar mandi, serta teras di depan dan belakang rumah.
Bahan utama rumah ini menggunakan bambu pilihan, seperti bambu betung, bambu gombong, bambu tali, dan bambu hitam, berdiameter 12 cm hingga 20 cm. Setiap bambu diikat tali ijuk dengan 10 macam ikatan. Tali ijuk tak hanya berfungsi memperkuat bangunan, tetapi juga memberi sentuhan keindahan.

Dinding rumah dibuat dari anyaman bambu, sedangkan lantainya menggunakan pelapis alas bambu yang disebut palupuh. Sementara bentuk atap bergaya garuda ngupuk dengan genteng ringan. Selain rumah pribadi Jatnika, kawasan Yayasan Bambu Indonesia di Bumi Cibinong Indah ini juga ditumbuhi rumah bambu bagi para perajin, mushala, gazebo, dan rumah tamu.
Rumah bagi tamu dibuat berukuran luas 42 meter persegi. Rumah mungil ini terdiri dari ruang tidur yang menyatu dengan ruang duduk serta kamar mandi dalam. Para tamu biasa berkumpul di teras bagian depan. Dengan perawatan yang baik, rumah bambu bisa tahan hingga lebih dari 20 tahun.

Rumah bambu juga dikenal unggul karena tahan terhadap gempa. Agar tidak mudah diterbangkan angin kencang, konstruksi rumah bambu diperkuat dengan struktur beton di bagian dasar. Untuk melindungi rumah bambu dari genangan air di sekitar rumah ketika hujan, sebagian dinding rumah bisa dipadukan dengan dinding batu bata setinggi lebih kurang satu meter.
Di lingkungan taman yang ditumbuhi rumpun aneka jenis bambu, Jatnika juga meletakkan mushala dari bambu. Mushala berukuran luas 11 meter persegi ini dibuat sangat praktis dan sekaligus dapat difungsikan sebagai bangunan taman dan tempat istirahat.

Jenis bambu
Kekuatan konstruksi rumah bambu sangat bergantung pada jenis tanaman bambu yang digunakan serta sistem penyambungan konstruksinya. Konstruksi utama bangunan harus dibuat dari bambu betung, bambu gombong, dan bambu tali. Sementara jenis bambu lain, seperti bambu hitam, bambu trutul, dan bambu kuning, hanya dimanfaatkan untuk dekorasi.

Bambu betung yang digunakan untuk konstruksi tiang jangan sampai terlalu tua. Sebaliknya, bambu gombong untuk struktur kuda-kuda dan bambu tali untuk struktur usuk harus berusia lebih dari sepuluh tahun. Ciri-ciri bambu tua antara lain akar sudah berjumlah sepuluh ruas, warna mulai kuning dan ditumbuhi jamur yang menandakan sudah keluarnya zat gula.
Kebanyakan rumah bambu tradisional Jawa Barat menggunakan atap dasar pelana dengan sayap atau sorondoi menghadap arah timur dan barat agar tempias hujan dan sinar matahari tidak langsung mengenai dinding. Bentuk atap rumah bambu sangat beragam, seperti tagog anjing (sayap panjang di bagian belakang), garuda ngupuk (sayap ujung pendek), dan julang ngapak (tinggi bersusun).

Saat ini, bentuk atap yang paling banyak digunakan adalah modifikasi atap garuda ngupuk dan julang ngapak dengan penambahan anak atap atau atap tinggi bersusun. Bahan penutup atap bervariasi dengan aneka pilihan, seperti jerami atau ilalang, ijuk atau daun nipah, hingga genteng tanah.

Dikembangkan dari rumah tradisional Jawa Barat, rumah bambu akan semakin nyaman dinikmati jika dipadukan dengan material alam lain, seperti batu alam dan suara gemericik air. Apalagi, pilihan model rumah bagi konsumen pun sangat beragam. Saat ini saja sudah tersedia 41 model rumah tradisional Jawa Barat.
Keunikan karakter bambu, jenis bambu, dan ukuran bambu mampu memberikan banyak inspirasi dan inovasi untuk berkreasi dalam pembuatan rumah bambu. Semuanya tentu saja demi menambah kenyamanan si empunya rumah….

Courtesy : properti.kompas.com ::::

Material Rumah Ramah Lingkungan


Apa saja material ramah lingkungan yang bisa kita gunakan di rumah ? berikut uraiannya ...
 
1. Bambu
Tidak ada yang tidak kenal dengan material yang satu ini, dong, ya? Tanaman asli Asia ini disebut-sebut sebagai material ramah lingkungan karena mudah sekali terbarukan. Tanaman bambu hanya membutuhkan beberapa tahun untuk tumbuh. Batang bambu yang usianya 3-6 tahun sudah bisa dipanen dan dimanfaatkan. Coba bandingkan dengan kebanyakan kayu solid yang membutuhkan waktu tumbuh hingga bisa dipanen, mencapai 15-20 tahun.

Satu hal yang perlu diperhatikan saat akan menggunakan bambu sebagai materia untuk furnitur atau rumah Anda, kandungan pengawetnya. Beberapa produsen bambu menggunakan cairan kimia untuk mengawetkan atau proses finishing pada bambu. Jadi jelilah memilih. Bukan berarti harus 100% bebas zat kimia, kalau kadarnya masih rendah,di bawah 0,3 ppm, masih aman, kok.

2. Kayu Buangan
Hah, masa ada, sih, yang namanya kayu buangan? Ada. Contohnya jati. Kalau sempat ke hutan jati di Jawa Tengah, Anda akan menemukan para petani jati menyiangi ranting-ranting jati dan membuangnya begitu saja. Kadang-kadang ranting jati tadi dimanfaatkan juga sebagai kayu bakar. Sayang sekali, bukan?

Nah, daripada terbuang percuma, ranting-ranting ini sebenarnya bisa dikumpulkan dan dijadikan furnitur. Sekarang ini sudah ada desainer-desainer produk yang membuat furnitur dari susunan ranting jati dan jenis buangan kayu lainnya.

Kayu buangan sebenarnya bukan hanya ranting jati, sisa-sisa potongan kayu pun bisa digolongkan kayu buangan. Dengan kreativitas dan kepedulian terhadap lingkungan, bukan hal mustahil bagi para arsitek, desainer interior, dan desainer produk menciptakan karya-karya yang luar biasa dari material buangan ini.

3. Material Daur Ulang
Kata daur ulang sudah identik dengan ramah lingkungan, jauh sebelum isu pemanasan global marak dibicarakan. Sekarang makin banyak produsen material yang menggunakan bahan-bahan daur ulang.

Wallcover, pelapis laminasi (HPL), lantai parket, dan sebagainya. Tinggal tanya sang produsen, dengan senang hati mereka akan memperkenalkan produk ramah lingkungan dari perusahaan mereka. Sayangnya, kebanyakan produsen masih membandrol produk-produk berlabel green mereka dengan harga relatif mahal.

4. Memanfaatkan Lagi Barang-barang Bekas
Sedikit mirip dengan pemanfaatan material daur ulang, bedanya kali ini memanfaatkan barang-barang bekas untuk jadi barang lain yang berfungsi baru. Misalnya pintu bekas yang rusak di beberapa bagiannya, mungkin tidak bisa lagi berfungsi maksimal sebagai kayu, tapi kita bisa “menyulapnya” jadi benda lain, meja misalnya. Dengan demikian si pintu tidak begitu saja menjadi sampah, kan?

5. Kain-kain yang Mudah Terurai (Biodegradable)
Wol dan katun adalah contoh kain yang berasal dari alam, mudah terbarukan, dan mudah terurai (biodegradable). Di Indonesia mungkin kita masih jarang menemui karpet 100% wol, atau sarung cushion yang 100% katun. Sebagian besar masih dicampur dengan serat-serat kain sintetis, salah satunya polyester.

Tapi hati-hati juga memilih produk berbahan wol dan katun, meskipun kadarnya 100%. Zat pewarna yang digunakan, bukan tidak mungkin mengandung zat kimia yang sulit diurai oleh alam. Jadi, tidak bisa sembarangan juga.

6. Gabus (Cork)
Eits, jangan samakan gabus dengan styrofoam, ya. Kita sering menjumpainya sebagai tutup botol di botol-botol anggur (wine). Kalau Anda masih menyimpan termos-termos lama, biasanya penutupnya juga terbuat dari gabus yang dilapisi kain.

Di banyak negara gabus tidak hanya sekadar menjadi tutup botol. Gabus digunakan juga sebagai bahan parket, top table, kap lampu, dan berbagai aksesori.

Gabus terbuat dari kulit kayu. Mengapa gabus digolongkan sebagai material ramah lingkungan? Karena bisa didaur ulang, biodegradable, dan untuk membuatnya tidak perlu menebang pohon, karena kulit kayu, bahan dasar gabus, diambil semasa pohon tumbuh. Dalam waktu singkat, kulit ini akan tumbuh kembali.

Kelihatannya memang rumit, ya, harus memilah-milah material untuk rumah kita. Tapi bukan berarti lantas kita malas memulai. Kalau tidak sekarang, kapan lagi?
Enam material ramah lingkungan yang barusan kita bahas ini hanya sekadar contoh. Pasti masih banyak material lain yang mungkin bisa digolongkan sebagai green material.

 courtesy : atelierriri.com :::::
Gambar: www.treehugger.com

Friday, September 23, 2011

Rumah Kindah Office, Indonesia


Design: Budi Pradono Architects
Rumah Kindah Office Rumah Kindah Office Rumah Kindah Office Rumah Kindah Office
photo : FX bambang SN
World Architecture Festival Awards 2008 - Office Category Finalist

Rumah Kindah Office at Lenteng Agung

Our client asked to design an office for his aircraft component distribution business in Jakarta. The building will function as the storage building. Therefore, a strong structure for the storage area will be needed as the most important part of the design.
In this project, folding method is applied to gain new form of architecture. Exploration process begins with multifold of papers. The results are specific form of folding, similar to what is known in Japan as origami.
Besides resulting a new specific shape, it also gives freedom from existing functional program that was described in the earlier brief. This approach not only establishes a new relationship between wall-floor and ceiling-roof, but it also provides opportunity to use contemporary spatial composition.Destroying the traditional office space concept.
The envelope of the building then was turned to shreds. Those torn-off pieces will allow the ray of light breaks into the interior space during daylight and during nighttime allow lights from inside of the building breaks to the exterior space; making the building more attractive.
Rumah Kindah Office Rumah Kindah Office Rumah Kindah Office Rumah Kindah Office
photographs : Sjahrial Iqbal
The positioning of functional programs, through diagramming results several alternatives of three-dimensional spatial organization.
Those programs were organized as stacks and an inner courtyard was created. Making the orientation to the internal space. In the middle of the open space, a meeting room was created with half of the form covered with wooden deck. This is to create it's function as an open space and at the same time it can be used as an informal gathering area.
Reinforce concrete is used for the main material. Such material is selected as a symbol of sturdiness of the office. In order to represent a thin-flat piece paper-like shape, the volume of the concrete block is reduced in such away that they become flat, thin but strong concrete plates. (Budi Pradono)
Budi Pradono Architects is a research based Architecture Firm that has been obtaining several international awards for its innovative works. The Works are covering hospitality project (Spa, Hotel, Private Villa, and Restaurant), educational projects, and housing projects. BPA initiated the concept of GLOCAL - Global Local in performing design and material exploration.
Rumah Kindah Office Rumah Kindah Office Rumah Kindah Office Rumah Kindah Office
photo : FX bambang SN

Rumah Kindah Office at Lenteng Agung Jakarta - Building Information

Project Title : Rumah Kindah
Client : Roni Aidil
Location : Lenteng Agung, South Jakarta, Indonesia
Design Phase : Apr 2007 - Jun 2007
Construction Phase : Aug 2007 - Jun 2008
Architect : Budi Pradono Architects
Project Architect in Chief : Budi Pradono
Architect Assistants : Yuli Sri Hartanto, Rizki Maulid Supratman, Vebriyani Valentina, Githa Hartako Ong
Model Maker : Daryanto, IGP Agus Sanjaya Sukarma
Project Support Assistants : IGP Agus Sanjaya, ITB
Amanda Nazar, UNSW
Nikita Notowidigdo, Sydney University
Yegar Adi Shakti ,UGM
Maria Olivia Souhuwat, UBL
Saefudin Mas'ut, BPA
Film Animation : Bagus Setiawan
Structural Engineer : Suhartoyo, PT. Toyo Cahya Konstruksi
Project Manager : Wahid Udin, PT. Denkonplus
M&E Consultant Engineer : Adi Sudjana, Adi & associates
Landscape designer : Heri Syaefudin, gön ku
Contractor : Suhartono & Team
Furniture Manufacture : Handoko , PT. Sendico Utama
Interior Designer : Budi Pradono
Interior Designer Support Assistants : Amanda Nazar, Nikita Notowidigdo
Photographer : FX. Bambang SN.
Land Area : 492 m²
Building coverage : 221 m²
Built area : 439 m²
Total building area : 610 m²
Rumah Kindah Office Rumah Kindah Office Rumah Kindah Office
photo : FX bambang SN
Rumah Kindah Office Lenteng Agung images / information from Budi Pradono Architects

Courtesy : e-architect.co.uk ::::

 

DMHQ Building, Indonesia


Aboday Architects
DMHQ Building located in southern part of Jakarta, in the area where large residential houses mix with small office activities. Build to accommodate a medium family business with 15 strong staff, it appears as 5 individual tiny buildings, arrange within the surrounding lust greeneries in this 450 sqm land. Land limitation means that rooms have to be squeezed to fill the maximum allowable building coverage. Punctuated by enclose garden and water body, the working areas arranged to provide the staff with something akin to the free interpretation of space; it can be used for working or enjoyment, entertaining or meeting, separation or connection.
DMHQ Building Indonesia DMHQ Building DMHQ HQ Building Indonesia DMHQ HQ Building
The sequence of free interpretation starts on the grass staircase cut beneath 2 elevated cubes, connecting people to the lobby area from the parking spaces. The 2.5 m incision between the main building and carpark level provides open ventilation for the room at semi basement level. With green wall as divider and trees peeking out beyond it, the building appears friendly to its surrounding neighbor. The relatively small lobby visually open towards its surrounding, provides people with sense of orientation and freedom to choreograph their own experience. At the end of this rectangular space there’s a set of staircase as a mean of vertical connection. Upper floor contains of spacious meeting rooms with private room for director and senior staff, below are all supporting rooms (staff room and spacious praying room for mostly Moslem staff). Perpendicular to the reception counter is a naturally ventilated bridge marking the transition of public space with more private areas of working rooms on the rear side of the buildings.
DMHQ Building Indonesia DMHQ Building DMHQ HQ Building Indonesia DMHQ HQ Building
To stimulate staff of producing optimum results in this new office, client encourages them to participate on the design process. The result is fluid spaces that can be utilized to maximize interaction between staff. Plenty of sitting areas, corridor and other nook and crannies thoughtfully inserted for staff to chat, lunching together, walking to the grassy garden or just relax during the lunch break.
The use of mainly textured painted wall and low iron glass on the exterior, displaying a gesture of minimum intervention towards nature, while some surfaces with punctured GRC veil creates element of excitement on this predominantly white building.
DMHQ Building Indonesia DMHQ Building DMHQ HQ Building Indonesia DMHQ HQ Building
DMHQ HQ Building - Building Information
Project: DMHQ Building, Jakarta Selatan Type: 2 storey office building with semi basement facilities Owner: PT. Dwamitra
Architect: Aboday - Principal : Ary Indra, Rafael David, Johansen Yap Principal in Charge : Ary Indra Team Members: Rafael David, Johansen Yap, Armeyn Ilyas, Wahid Annasir Lighting Consultant: PT. Litac Structure Engineer: In house PT. Dwamitra Mechanical & Electrical Consultant: Team Deni_N21 Contractor: PT. Batu Kali Site Area: 542 sqm Building Coverage: 275 sqm Built Up Area: 566 sqm Photography: Happy Lim
DMHQ HQ Building Jakarta images / information from Aboday Architects

Courtesy :
e-architect.co.uk 

Alila Villas Uluwatu, Indonesia

World Architecture Festival Awards 2010 WAF Awards : World’s Best Holiday Building
Location: Bali, Indonesia 2008 Design: WOHA Designs Pte Ltd
 
ALILA VILLAS ULUWATU, BALI INDONESIA
photo : Patrick Bingham-Hall
This hotel and villa development is designed as an ecologically sustainable development. Located on the dry savannah landscape of the Bukit Peninsular on the dramatic southern cliffs of the Indonesian island of Bali, it comprises of a 50 suite hotel with 35 residential villas. The project is currently under construction. Alila Villas Uluwatuphoto : Tim Griffith
Contribution to World Architecture Culture
The design investigates the potential of the fusion of vernacular architecture with modernist design. The design combines the delights of traditional Balinese pavilion architecture and rural landscapes with modern dynamic treatment of space and form. The design is based from first principles around the pleasures inhabiting the particular site, rather than assembling stereotypical images of Bali or generic resorts.
A unique design language was developed for the project. Rather than the typical steep pitched Balinese pavilions, which would have blocked the views on the gentle slopes, and which are not local to the area, the buildings are instead inspired by the local farmers terraces of loose piled limestone boulders. A terraced low pitched roof was developed using Balinese volcanic pumice rock, which is a natural insulating material and can also support local ferns and succulents. These terraced roofs blend with the landscape, keeping the original wide open panoramas that make the site so unique.
Alila Villas Uluwatu Alila Villas Alila Villas Baliphotos : Tim Griffith
The hotel rooms are designed as inhabited gardens, rather than an interior room. The garden walls form the walls of the room, within which sleeping, eating, lounging and bathing occur in a garden environment. Every hotel villa has a pool with a cabana overlooking the sea.
The hillside villas are designed as pavilions linked by bridges across water gardens, tucked into the hillside as terraces. Each villa forms a landscape foreground for the villa behind it.
Alila Villas Indonesia Bali Villas Uluwatu Bali Villas Villas Indonesiaphotos : Tim Griffith
Respect for Context / Planet
The design focused on preservation of the qualities of the site from the beginning.
The masterplan respects the contours to avoid cutting and fill. All large trees are maintained or transplanted. Site vegetation was surveyed and documented, with specimens sent to Kew Gardens for identification. A site nursery has been started, propagating the native plants which are being used in the landscape rather than exotic species from nurseries. The local plants are adapted to the dry savannah landscape by going dormant in the dry season and flowering spectacularly and will provide a unique seasonal display of flowers. These native gardens will require far less water, and will encourage local animals and birds to remain in the area.
Materials are all sourced locally – stone walls are using stone from the actual site from the road cuttings, while all other materials are either from Bali or the neighbouring island of Java. Sustainable timbers including coconut and bamboo are used. Craftsmen in Java and Bali are making the interior furniture, lamps and accessories. This strategy makes the development unique in terms of its materials, supports local skills and gives local materials prestige, promoting their use with the locals rather than them aspiring to expensive imported products.
Alila Villas Uluwatu Alila Villas Uluwatu Alila Villas Uluwatu Alila Villas Uluwatuphotos : Tim Griffith
Environmental Awareness
The development has been designed from the start to exceed Green Globe 21 requirements. An environmental consultant drafted an environmental plan from the design stage onwards. The contractor has committed to a environmental quality plan for the construction phase, and the hotel operator has also committed to environmental practices for the running of the hotel.
Environmental techniques used include: · Design respects natural contours · Rainwater collection and water recycling in retention ponds · Aquifer recharging through soaks, swales and rain gardens · All wastewater goes to grey water system for watering plants and toilet flushing · All sewerage is treated and sewerage water recycled in grey water system · Huge overhangs to allow natural cooling · Water heating using heat pumps. · Landscaping based on natural vegetation to encourage wildlife · Landscaping based on dry-climate natural vegetation to save water · Recycled and/or plantation and/or renewable timber · Materials sourced locally and even on site (eg rubble walls) · Saltwater pools rather than chlorine · Waste separation and recycling · Naturally ventilated public areas · Non-chemical termite treatment · Non-toxic preservative treatment to timber and bamboo · Low energy lighting · Nature awareness programs for guests · Local community involvement in activities outside of the resort · Employment for surrounding villagers
Appropriateness
The development is an appropriate next step in resorts, where luxury does not mean excessive consumption, but instead delight and enjoyment of the natural beauty and sense of place. The development is gentle, embracing the landscape. It is located in an impoverished, dry, rural area, so replacing marginal agriculture with tourism that generates substantial employment and income for local people. It maintains local flora and fauna. Through showcasing local skills, materials and vernacular elements, it confirms the local people’s opinion that they live in a marvellous place that should be cherished and maintained.
 
Alila Villas Uluwatu, Bali, Indonesia - Building Information
Project Location: Jalan Belimbing Sari, Banjar Tambyak Pecatu, Uluwatu, Bali, Indonesia Design Inception: Oct 2003 Start of Construction: Jun 2005 Completion: Oct 2008 target date Gross Floor Area: 26,595 sqm (excluding walls, gardens, walkways, circulation, pool decks, and paved areas.) Built up Area: 58,635 sqm Plot Area: 144,642 sqm
Architects: WOHA Designs Pte Ltd Principal Architect: Wong Mun Summ, Richard Hassell
Alila Villas Uluwatu Alila Villas Uluwatu Alila Villas Uluwatu
Alila Villas Uluwatu Renders : WOHA
Alila Villas Uluwatu Bali images / information from WOHA Designs Pte Ltd Aug 2008

Courtesy : e-architect.co.uk

 

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...