Saturday, September 24, 2011

Teduh Nyaman Rumah Bambu

Gerah dan panas sepanjang perjalanan dari Jakarta menuju Cibinong, Kabupaten Bogor, langsung sirna begitu memasuki kawasan Yayasan Bambu Indonesia. Semilir angin bertiup di antara keteduhan rumpun bambu.Tubuh terasa nyaman begitu duduk lesehan di gazebo ataupun rumah-rumah bambu. Tak heran, cukup banyak konsumen berupaya membawa pulang kesejukan itu dengan membangun rumah bambunya sendiri.

Sejak tahun 1985, pengelola Yayasan Bambu Indonesia, Jatnika Nanggamiharja, telah membangun lebih dari 3.000 rumah bambu di seluruh Indonesia. Permintaan ekspor knock down atau rakitan rumah bambu dari luar negeri pun terus mengalir, khususnya dari Malaysia, Brunei, dan Arab Saudi. Jatmika mengaku sampai kewalahan dan menolak permintaan ekspor rumah bambu karena maksimal hanya bisa membangun dua rumah bambu kualitas nomor satu per tahun. Lamanya proses pembuatan rumah terkait pemilihan bahan baku rumah bambu berkualitas tinggi yang bisa memakan waktu hingga enam bulan.
Bambu rakitan yang dikirim ke Malaysia, antara lain, terdiri dari bambu betung, bambu gombong, bambu tali, dan bambu hitam yang sudah mengalami pengawetan di Bogor. Pembangunan tiap rumah dilakukan tenaga ahli dari Indonesia dan biasanya membutuhkan waktu pembangunan sekitar tiga bulan per rumah.



Di dalam negeri, pembangunan rumah bambu terus menjadi tren untuk digunakan sebagai kediaman pribadi, ruang pertemuan, hingga masjid dan pesantren. Bambu sanggup memberi citra rumah rakyat yang ramah lingkungan dan mudah dirawat. Dengan proses pengawetan yang benar, bambu tidak mudah rusak oleh cuaca atau serangan rayap dan bubuk.

Modern
Rumah bambu biasanya dibuat tidak terlampau besar, tetapi tetap mampu memenuhi kebutuhan hidup manusia modern. Rumah bambu yang ditempati Jatnika dan keluarganya memiliki empat kamar tidur, ruang tamu, ruang keluarga, dapur, dua kamar mandi, serta teras di depan dan belakang rumah.
Bahan utama rumah ini menggunakan bambu pilihan, seperti bambu betung, bambu gombong, bambu tali, dan bambu hitam, berdiameter 12 cm hingga 20 cm. Setiap bambu diikat tali ijuk dengan 10 macam ikatan. Tali ijuk tak hanya berfungsi memperkuat bangunan, tetapi juga memberi sentuhan keindahan.

Dinding rumah dibuat dari anyaman bambu, sedangkan lantainya menggunakan pelapis alas bambu yang disebut palupuh. Sementara bentuk atap bergaya garuda ngupuk dengan genteng ringan. Selain rumah pribadi Jatnika, kawasan Yayasan Bambu Indonesia di Bumi Cibinong Indah ini juga ditumbuhi rumah bambu bagi para perajin, mushala, gazebo, dan rumah tamu.
Rumah bagi tamu dibuat berukuran luas 42 meter persegi. Rumah mungil ini terdiri dari ruang tidur yang menyatu dengan ruang duduk serta kamar mandi dalam. Para tamu biasa berkumpul di teras bagian depan. Dengan perawatan yang baik, rumah bambu bisa tahan hingga lebih dari 20 tahun.

Rumah bambu juga dikenal unggul karena tahan terhadap gempa. Agar tidak mudah diterbangkan angin kencang, konstruksi rumah bambu diperkuat dengan struktur beton di bagian dasar. Untuk melindungi rumah bambu dari genangan air di sekitar rumah ketika hujan, sebagian dinding rumah bisa dipadukan dengan dinding batu bata setinggi lebih kurang satu meter.
Di lingkungan taman yang ditumbuhi rumpun aneka jenis bambu, Jatnika juga meletakkan mushala dari bambu. Mushala berukuran luas 11 meter persegi ini dibuat sangat praktis dan sekaligus dapat difungsikan sebagai bangunan taman dan tempat istirahat.

Jenis bambu
Kekuatan konstruksi rumah bambu sangat bergantung pada jenis tanaman bambu yang digunakan serta sistem penyambungan konstruksinya. Konstruksi utama bangunan harus dibuat dari bambu betung, bambu gombong, dan bambu tali. Sementara jenis bambu lain, seperti bambu hitam, bambu trutul, dan bambu kuning, hanya dimanfaatkan untuk dekorasi.

Bambu betung yang digunakan untuk konstruksi tiang jangan sampai terlalu tua. Sebaliknya, bambu gombong untuk struktur kuda-kuda dan bambu tali untuk struktur usuk harus berusia lebih dari sepuluh tahun. Ciri-ciri bambu tua antara lain akar sudah berjumlah sepuluh ruas, warna mulai kuning dan ditumbuhi jamur yang menandakan sudah keluarnya zat gula.
Kebanyakan rumah bambu tradisional Jawa Barat menggunakan atap dasar pelana dengan sayap atau sorondoi menghadap arah timur dan barat agar tempias hujan dan sinar matahari tidak langsung mengenai dinding. Bentuk atap rumah bambu sangat beragam, seperti tagog anjing (sayap panjang di bagian belakang), garuda ngupuk (sayap ujung pendek), dan julang ngapak (tinggi bersusun).

Saat ini, bentuk atap yang paling banyak digunakan adalah modifikasi atap garuda ngupuk dan julang ngapak dengan penambahan anak atap atau atap tinggi bersusun. Bahan penutup atap bervariasi dengan aneka pilihan, seperti jerami atau ilalang, ijuk atau daun nipah, hingga genteng tanah.

Dikembangkan dari rumah tradisional Jawa Barat, rumah bambu akan semakin nyaman dinikmati jika dipadukan dengan material alam lain, seperti batu alam dan suara gemericik air. Apalagi, pilihan model rumah bagi konsumen pun sangat beragam. Saat ini saja sudah tersedia 41 model rumah tradisional Jawa Barat.
Keunikan karakter bambu, jenis bambu, dan ukuran bambu mampu memberikan banyak inspirasi dan inovasi untuk berkreasi dalam pembuatan rumah bambu. Semuanya tentu saja demi menambah kenyamanan si empunya rumah….

Courtesy : properti.kompas.com ::::

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...