R U M A H

menghadirkan informasi dan inspirasi memilih rumah yang tepat sesuai kebutuhan dan karakter

E K S T E R I O R

memberikan inspirasi estetik berkarakter bagi tampilan rumah anda

I N T E R I O R

kreasi tak terbatas bagi ruang dalam untuk mendukung aktivitas dan ekspresi yang beragam.

T A M A N dan L I N G K U N G A N

keramahan dan kesejukan taman untuk kenyamanan tempat tinggal.

F U R N I T U R

ragam kreasi furnitur yang memberikan dukungan interior yang pas dan apik.

Saturday, September 24, 2011

Bambu: Alternatif Material Rumah

Kita ketahui bahwa kayu mutlak dibutuhkan dalam pembangunan rumah. Oleh karena itu eksplorasi besar-besaran, seperti penebangan pohon di hutan-hutan Kalimantan, banyak terjadi. Melihat penebangan pohon dan penggundulan hutan seperti itu, arsitek Effan Adhiwira merasa prihatin dan mengatakan harus ada pilihan lain untuk menyelamatkan kayu.
Bahkan sekarang, karena permintaan kayu yang sangat besar di pasaran, eksplorasi kayu sudah merambah sampai ke Papua, tak hanya Kalimantan saja. Effan mengatakan, pasar membutuhkan pilihan lain yang tidak kalah dengan material kayu untuk membangun rumah. Pilihan ini juga ramah lingkungan, tetapi utamanya memberikan pilihan agar dapat mengurangi produksi kayu. Effan menambahkan bambu merupakan pilihan yang tepat sebagai alternatif bahan pembangun rumah.


Bambu memang sudah lama didengungkan sebagai material alternatif karena produksinya lebih murah. Struktur bambu juga kuat. Namun, kurangnya sosialisasi dan bukti-bukti bahwa rumah berbahan bambu itu kuat menjadikan peminatnya sedikit. Hal itu dibuktikan oleh John Hardy dengan mendirikan Green School dan hunian Green Village di Bali. Green School merupakan sekolah yang bangunannya terbuat dari bambu. Di sini, para peserta didik diajarkan cara mengenal dan menyayangi lingkungan. Sedangkan Green Village adalah hunian bagi orangtua siswa tinggal di dekat sekolah. Sekolah yang sudah berdiri sejak 2008 ini memprioritaskan material alam di sekitar lingkungan sekolah menjadi bahan utamanya.
"Di sana diajarkan bahwa di alam ini tidak ada yang berwujud kotak sempurna, karenanya bangunan mengikuti dan beradaptasi terhadap apa yang sudah diberikan alam. Bangunan di Green School tidak memaksakan atau memotong pohon yang sudah ada," kata Effan.
Bangunan yang tercipta terlihat menakjubkan meskipun berbahan bambu. Begitu juga dengan teknik-teknik perencanaan bangunan yang dibuat secara matang dan mengutamakan unsur keselamatan komunitas di dalamnya. Desain bangunan tersebut dibuat secara bijaksana, yakni menggunakan material yang tersedia di alam, tetapi tetap berpikir kreatif untuk memaksimalkan karakteristik material itu. Namun, penggunaan bambu untuk membangun rumah juga patut memperhitungkan pemrosesan yang tepat. Misalnya saja, proses pengeringan yang sangat lama agar kekuatan bambu tahan lama dan antihama.
Effan juga mengemukakan bahwa pemakaian bambu juga tak boleh bersentuhan langsung dengan tanah. Agar semakin kuat dan memerhatikan aspek keselamatan, pemakaian bambu bisa dipadukan dengan penggunaan beton sebagai fondasi. Namun, lepas dari berbagai kekurangannya, pendekatan penggunaan bambu sebagai alternatif pendamping kayu akan mengajak masyarakat memikirkan isu-isu lokalitas. Effan juga melanjutkan material apa pun dapat dikembangkan. Proses ini sebagai salah satu pendekatan untuk membangun dunia yang berkelanjutan.

Courtesy : Pendopo.com I properti.kompas.com ::::

Teduh Nyaman Rumah Bambu

Gerah dan panas sepanjang perjalanan dari Jakarta menuju Cibinong, Kabupaten Bogor, langsung sirna begitu memasuki kawasan Yayasan Bambu Indonesia. Semilir angin bertiup di antara keteduhan rumpun bambu.Tubuh terasa nyaman begitu duduk lesehan di gazebo ataupun rumah-rumah bambu. Tak heran, cukup banyak konsumen berupaya membawa pulang kesejukan itu dengan membangun rumah bambunya sendiri.

Sejak tahun 1985, pengelola Yayasan Bambu Indonesia, Jatnika Nanggamiharja, telah membangun lebih dari 3.000 rumah bambu di seluruh Indonesia. Permintaan ekspor knock down atau rakitan rumah bambu dari luar negeri pun terus mengalir, khususnya dari Malaysia, Brunei, dan Arab Saudi. Jatmika mengaku sampai kewalahan dan menolak permintaan ekspor rumah bambu karena maksimal hanya bisa membangun dua rumah bambu kualitas nomor satu per tahun. Lamanya proses pembuatan rumah terkait pemilihan bahan baku rumah bambu berkualitas tinggi yang bisa memakan waktu hingga enam bulan.
Bambu rakitan yang dikirim ke Malaysia, antara lain, terdiri dari bambu betung, bambu gombong, bambu tali, dan bambu hitam yang sudah mengalami pengawetan di Bogor. Pembangunan tiap rumah dilakukan tenaga ahli dari Indonesia dan biasanya membutuhkan waktu pembangunan sekitar tiga bulan per rumah.



Di dalam negeri, pembangunan rumah bambu terus menjadi tren untuk digunakan sebagai kediaman pribadi, ruang pertemuan, hingga masjid dan pesantren. Bambu sanggup memberi citra rumah rakyat yang ramah lingkungan dan mudah dirawat. Dengan proses pengawetan yang benar, bambu tidak mudah rusak oleh cuaca atau serangan rayap dan bubuk.

Modern
Rumah bambu biasanya dibuat tidak terlampau besar, tetapi tetap mampu memenuhi kebutuhan hidup manusia modern. Rumah bambu yang ditempati Jatnika dan keluarganya memiliki empat kamar tidur, ruang tamu, ruang keluarga, dapur, dua kamar mandi, serta teras di depan dan belakang rumah.
Bahan utama rumah ini menggunakan bambu pilihan, seperti bambu betung, bambu gombong, bambu tali, dan bambu hitam, berdiameter 12 cm hingga 20 cm. Setiap bambu diikat tali ijuk dengan 10 macam ikatan. Tali ijuk tak hanya berfungsi memperkuat bangunan, tetapi juga memberi sentuhan keindahan.

Dinding rumah dibuat dari anyaman bambu, sedangkan lantainya menggunakan pelapis alas bambu yang disebut palupuh. Sementara bentuk atap bergaya garuda ngupuk dengan genteng ringan. Selain rumah pribadi Jatnika, kawasan Yayasan Bambu Indonesia di Bumi Cibinong Indah ini juga ditumbuhi rumah bambu bagi para perajin, mushala, gazebo, dan rumah tamu.
Rumah bagi tamu dibuat berukuran luas 42 meter persegi. Rumah mungil ini terdiri dari ruang tidur yang menyatu dengan ruang duduk serta kamar mandi dalam. Para tamu biasa berkumpul di teras bagian depan. Dengan perawatan yang baik, rumah bambu bisa tahan hingga lebih dari 20 tahun.

Rumah bambu juga dikenal unggul karena tahan terhadap gempa. Agar tidak mudah diterbangkan angin kencang, konstruksi rumah bambu diperkuat dengan struktur beton di bagian dasar. Untuk melindungi rumah bambu dari genangan air di sekitar rumah ketika hujan, sebagian dinding rumah bisa dipadukan dengan dinding batu bata setinggi lebih kurang satu meter.
Di lingkungan taman yang ditumbuhi rumpun aneka jenis bambu, Jatnika juga meletakkan mushala dari bambu. Mushala berukuran luas 11 meter persegi ini dibuat sangat praktis dan sekaligus dapat difungsikan sebagai bangunan taman dan tempat istirahat.

Jenis bambu
Kekuatan konstruksi rumah bambu sangat bergantung pada jenis tanaman bambu yang digunakan serta sistem penyambungan konstruksinya. Konstruksi utama bangunan harus dibuat dari bambu betung, bambu gombong, dan bambu tali. Sementara jenis bambu lain, seperti bambu hitam, bambu trutul, dan bambu kuning, hanya dimanfaatkan untuk dekorasi.

Bambu betung yang digunakan untuk konstruksi tiang jangan sampai terlalu tua. Sebaliknya, bambu gombong untuk struktur kuda-kuda dan bambu tali untuk struktur usuk harus berusia lebih dari sepuluh tahun. Ciri-ciri bambu tua antara lain akar sudah berjumlah sepuluh ruas, warna mulai kuning dan ditumbuhi jamur yang menandakan sudah keluarnya zat gula.
Kebanyakan rumah bambu tradisional Jawa Barat menggunakan atap dasar pelana dengan sayap atau sorondoi menghadap arah timur dan barat agar tempias hujan dan sinar matahari tidak langsung mengenai dinding. Bentuk atap rumah bambu sangat beragam, seperti tagog anjing (sayap panjang di bagian belakang), garuda ngupuk (sayap ujung pendek), dan julang ngapak (tinggi bersusun).

Saat ini, bentuk atap yang paling banyak digunakan adalah modifikasi atap garuda ngupuk dan julang ngapak dengan penambahan anak atap atau atap tinggi bersusun. Bahan penutup atap bervariasi dengan aneka pilihan, seperti jerami atau ilalang, ijuk atau daun nipah, hingga genteng tanah.

Dikembangkan dari rumah tradisional Jawa Barat, rumah bambu akan semakin nyaman dinikmati jika dipadukan dengan material alam lain, seperti batu alam dan suara gemericik air. Apalagi, pilihan model rumah bagi konsumen pun sangat beragam. Saat ini saja sudah tersedia 41 model rumah tradisional Jawa Barat.
Keunikan karakter bambu, jenis bambu, dan ukuran bambu mampu memberikan banyak inspirasi dan inovasi untuk berkreasi dalam pembuatan rumah bambu. Semuanya tentu saja demi menambah kenyamanan si empunya rumah….

Courtesy : properti.kompas.com ::::

Material Rumah Ramah Lingkungan


Apa saja material ramah lingkungan yang bisa kita gunakan di rumah ? berikut uraiannya ...
 
1. Bambu
Tidak ada yang tidak kenal dengan material yang satu ini, dong, ya? Tanaman asli Asia ini disebut-sebut sebagai material ramah lingkungan karena mudah sekali terbarukan. Tanaman bambu hanya membutuhkan beberapa tahun untuk tumbuh. Batang bambu yang usianya 3-6 tahun sudah bisa dipanen dan dimanfaatkan. Coba bandingkan dengan kebanyakan kayu solid yang membutuhkan waktu tumbuh hingga bisa dipanen, mencapai 15-20 tahun.

Satu hal yang perlu diperhatikan saat akan menggunakan bambu sebagai materia untuk furnitur atau rumah Anda, kandungan pengawetnya. Beberapa produsen bambu menggunakan cairan kimia untuk mengawetkan atau proses finishing pada bambu. Jadi jelilah memilih. Bukan berarti harus 100% bebas zat kimia, kalau kadarnya masih rendah,di bawah 0,3 ppm, masih aman, kok.

2. Kayu Buangan
Hah, masa ada, sih, yang namanya kayu buangan? Ada. Contohnya jati. Kalau sempat ke hutan jati di Jawa Tengah, Anda akan menemukan para petani jati menyiangi ranting-ranting jati dan membuangnya begitu saja. Kadang-kadang ranting jati tadi dimanfaatkan juga sebagai kayu bakar. Sayang sekali, bukan?

Nah, daripada terbuang percuma, ranting-ranting ini sebenarnya bisa dikumpulkan dan dijadikan furnitur. Sekarang ini sudah ada desainer-desainer produk yang membuat furnitur dari susunan ranting jati dan jenis buangan kayu lainnya.

Kayu buangan sebenarnya bukan hanya ranting jati, sisa-sisa potongan kayu pun bisa digolongkan kayu buangan. Dengan kreativitas dan kepedulian terhadap lingkungan, bukan hal mustahil bagi para arsitek, desainer interior, dan desainer produk menciptakan karya-karya yang luar biasa dari material buangan ini.

3. Material Daur Ulang
Kata daur ulang sudah identik dengan ramah lingkungan, jauh sebelum isu pemanasan global marak dibicarakan. Sekarang makin banyak produsen material yang menggunakan bahan-bahan daur ulang.

Wallcover, pelapis laminasi (HPL), lantai parket, dan sebagainya. Tinggal tanya sang produsen, dengan senang hati mereka akan memperkenalkan produk ramah lingkungan dari perusahaan mereka. Sayangnya, kebanyakan produsen masih membandrol produk-produk berlabel green mereka dengan harga relatif mahal.

4. Memanfaatkan Lagi Barang-barang Bekas
Sedikit mirip dengan pemanfaatan material daur ulang, bedanya kali ini memanfaatkan barang-barang bekas untuk jadi barang lain yang berfungsi baru. Misalnya pintu bekas yang rusak di beberapa bagiannya, mungkin tidak bisa lagi berfungsi maksimal sebagai kayu, tapi kita bisa “menyulapnya” jadi benda lain, meja misalnya. Dengan demikian si pintu tidak begitu saja menjadi sampah, kan?

5. Kain-kain yang Mudah Terurai (Biodegradable)
Wol dan katun adalah contoh kain yang berasal dari alam, mudah terbarukan, dan mudah terurai (biodegradable). Di Indonesia mungkin kita masih jarang menemui karpet 100% wol, atau sarung cushion yang 100% katun. Sebagian besar masih dicampur dengan serat-serat kain sintetis, salah satunya polyester.

Tapi hati-hati juga memilih produk berbahan wol dan katun, meskipun kadarnya 100%. Zat pewarna yang digunakan, bukan tidak mungkin mengandung zat kimia yang sulit diurai oleh alam. Jadi, tidak bisa sembarangan juga.

6. Gabus (Cork)
Eits, jangan samakan gabus dengan styrofoam, ya. Kita sering menjumpainya sebagai tutup botol di botol-botol anggur (wine). Kalau Anda masih menyimpan termos-termos lama, biasanya penutupnya juga terbuat dari gabus yang dilapisi kain.

Di banyak negara gabus tidak hanya sekadar menjadi tutup botol. Gabus digunakan juga sebagai bahan parket, top table, kap lampu, dan berbagai aksesori.

Gabus terbuat dari kulit kayu. Mengapa gabus digolongkan sebagai material ramah lingkungan? Karena bisa didaur ulang, biodegradable, dan untuk membuatnya tidak perlu menebang pohon, karena kulit kayu, bahan dasar gabus, diambil semasa pohon tumbuh. Dalam waktu singkat, kulit ini akan tumbuh kembali.

Kelihatannya memang rumit, ya, harus memilah-milah material untuk rumah kita. Tapi bukan berarti lantas kita malas memulai. Kalau tidak sekarang, kapan lagi?
Enam material ramah lingkungan yang barusan kita bahas ini hanya sekadar contoh. Pasti masih banyak material lain yang mungkin bisa digolongkan sebagai green material.

 courtesy : atelierriri.com :::::
Gambar: www.treehugger.com

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...