R U M A H

menghadirkan informasi dan inspirasi memilih rumah yang tepat sesuai kebutuhan dan karakter

E K S T E R I O R

memberikan inspirasi estetik berkarakter bagi tampilan rumah anda

I N T E R I O R

kreasi tak terbatas bagi ruang dalam untuk mendukung aktivitas dan ekspresi yang beragam.

T A M A N dan L I N G K U N G A N

keramahan dan kesejukan taman untuk kenyamanan tempat tinggal.

F U R N I T U R

ragam kreasi furnitur yang memberikan dukungan interior yang pas dan apik.

Friday, May 6, 2011

Prinsip Dasar Bangunan Hijau

Tema green mencakup pada dua hal, yaitu green architecture dan green building. Kedua hal tersebut memiliki dua pengertian yang berbeda walaupun masih dalam satu tujuan. Green disini tidak diartikan sebagai lingkungan terbangun yang serba hijau, tapi lebih menekankan kepada keselarasan dengan lingkungan global, yaitu udara, air, tanah dan api.

Definisi green architecture (arsitektur hijau) adalah sebuah kesadaran lingkungan arsitektur yang tidak hanya memasukkan aspek utama arsitektur (kuat, fungsi, nyaman, rendah biaya, estetika), namun juga memasukkan aspek lingkungan dari sebuah green buildings yaitu efisiensi energi, konsep keberlanjutan dan pendekatan secara holistic terhadap lingkungan. Green architecture memiliki pengertian sebagai sebuah istilah yang menggambarkan tentang ekonomi, hemat energi, ramah lingkungan, dan dapat dikembangkan menjadi pembangunan berkesinambungan. Green architecture mencakup keselarasan antara manusia dan lingkungan alamnya. Arsitektur hijau mengandung juga dimensi lain seperti waktu, lingkungan alam, sosio-kultural, ruang, serta teknik bangunan.

Green architecture (arsitektur hijau) juga didefinisikan sebagai arsitektur yang berwawasan lingkungan dan berlandaskan kepedulian tentang konservasi lingkungan global alami dengan penekanan pada efisiensi energi (energy-efficient), pola berkelanjutan (sustainable) dan pendekatan holistik (holistic approach). Bertitik tolak dari pemikiran disain ekologi yang menekankan pada saling ketergantungan (interdependencies) dan keterkaitan (interconnectedness) antara semua sistim (artifisial maupun natural) dengan lingkungan lokalnya dan biosfeer. Credo form follows energy diperluas menjadi form follows environment yang berdasarkan pada prinsip recycle, reuse, reconfigure.

Konsep Green architecture yaitu suatu konsep perancangan untuk menghasilkan suatu lingkungan binaan (green building) yang dibangun serta berjalan secara lestari atau berkelanjutan. Berkelanjutan merupakan suatu kondisi dimana unsur-unsur yang terlibat selama proses pemanfaatan suatu sistem sebagian besar dapat berfungsi sendiri, sedikit mengalami penggantian atau tidak menyebabkan sumber lain berkurang jumlah serta kualitasnya.

Lingkup green architecture yang lebih sempit adalah green building. Green building (bangunan hijau) didefinisikan sebagai bangunan yang meminimalkan dampak lingkungan melalui konservasi sumber daya dan memberikan kontribusi kesehatan bagi penghuninya. Secara garis besar, green building lebih ditekankan pada nyaman dan kuat. Sedangkan green architecture penekanannya menyangkut pada aspek kekuatan, kenyamanan, estetika dan komposisi yang tetap mementingkan efisiensi energi, konsep berkelanjutan, dan pendekatan holistic.

Aspek-aspek yang menjadi capaian green building yang berprinsip pada ramah lingkungan adalah: (1) penempatan dan efisiensi desain struktur; (2) efisiensi energi; (3) efisiensi air; (4) efisiensi material; (5) peningkatan kualitas lingkungan dalam ruang; (6) optimalisasi operasional dan perawatan; dan (7) pengurangan sampah.

Penempatan dan efisiensi desain struktur
Tujuan merancang bangunan ramah lingkungan yang optimal adalah untuk meminimalkan dampak lingkungan akibat berlangsungnya proyek bangunan


Gambar 1. Desain struktur yang efisien dengan meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan

Efisiensi energi
Ditempuh dengan langkah-langkah:
• Pemanfaatan pencahayaan alami matahari di siang hari
• Pemanfaatan penghawaan alami udara luar melalui bukaan kusen
• Penggunaan energi alternatif (solar sel, turbin air, angin, tekanan udara dll)




Gambar 2 . Optimalisasi sumber daya alam sekitar sebagai sumber energi

Gambar 3 . solar sel sebagai alternatif energi listrik

Efisiensi air Ditempuh dengan langkah-langkah:
• Pemanfaatan air hujan untuk keperluan air bersih
• Pengolahan kembali greywater (air bekas KM, dapur, cucian) untuk penyiraman tanaman sekitar dan pendinginan AC



Gambar 4 . Pemanfaatan kembali air kotor


Gambar 5 . Pemanfaatan kembali air hujan


Efisiensi material
Ditempuh dengan langkah-langkah:
• Penggunaan material daur ulang / yang mudah didaur ulang
• Penggunaan material multifungsi



Gambar 6 . pemanfaatan material bekas untuk membangun

Peningkatan kualitas lingkungan dalam ruang

Ditempuh dengan langkah-langkah:
• Pengurangan dampak material beracun dalam ruang
• Optimalisasi sistem HVAC (Heating, Ventilation and Air Conditioning)
• Optimalisasi pencahayaan alami di siang hari


Gambar 7 . ruang dalam yang nyaman dengan mengoptimalkan sumber daya secara efisien

Optimalisasi operasional dan perawatan
Ditempuh dengan langkah-langkah:
• Penggunaan alat yang mudah perawatan dan hemat energi
• Desain yang mudah dan rendah perawatan


Gambar 8 . bangunan dengan desain efisien berdampak pada tingkat operasional dan perawatan rendah

Pengurangan sampah.
Ditempuh dengan langkah-langkah:
• Penggunaan material yang efisien dan tepat guna
• Daur ulang sampah anorganik menjadi material baru
• Daur ulang sampah organik untuk mendukung lansekap
• Manajemen pengelolaan sampah yang sistematis dan efisien


Gambar 9. Pemanfaatan sampah non organik sebagai material bangunan yang berdaya guna

Dengan penerapan prinsip-prinsip green building secara tepat dan konsisten, diharapkan bangunan-bangunan yang ada saat ini lebih mampu mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan, memberikan kenyamanan bagi pengguna dan memberikan harapan hidup yang lebih baik. Salam konservasi !!

Friday, January 21, 2011

Luas Ruang Terbatas

Pada prinsipnya, setiap ruang dapat mendukung aktivitas yang ada di dalamnya jika penataannya memperhatikan daya dukung kapasitas ruang. Dengan penataan yang tepat, permasalahan luas ruang yang terbatas dapat diminimalisir dan tetap dapat digunakan dengan nyaman. 

Permasalahan luas ruang pada umumnya berkait dengan paradigma pengkotak-kotakan ruang dengan batasan masif dan tertutup. Faktor budaya juga berpengaruh pada sifat menutupi ruang-ruang tertentu yang dianggap lebih privat. Perkembangan budaya dan sikap hidup simpel pada kehidupan modern telah menggeser budaya tertutup tersebut. Penghuni lebih berpikir praktis dan fungsional dalam rangka mengatasi keterbatasan ruang yang ada. 

Batas ruang tidak harus tertutup dan bahkan hanya berupa pembedaan warna antar lantai, split lantai (beda ketinggian), partisi imajiner (batas yang transparan) dan pola layout furnitur di dalamnya.

Ruang yang terpisah oleh tembok membuat ruang jadi terkotak-kotak satu dengan yang lain.

Pemisahan ruang dengan peninggian lantai dan akses dinding, secara visual ruang menyatu dan terasa lapang.

Kita dapat menggabungkan ruang-ruang yang memiliki karakter yang sama seperti: · Ruang tamu + ruang keluarga
· Ruang keluarga + ruang makan
· Ruang keluarga + ruang kerja
· Ruang makan + dapur
· Ruang cuci + kamar mandi Penggunaan batas ruang yang dapat bergerak (movable partition) dengan fleksibel sesuai kebutuhan juga dapat dipertimbangkan. Untuk batas ruang yang tetap, sebaiknya memberikan batasan maksimal ketinggian. Paling tidak, ada koneksi visual antara ruang satu dengan yang lain meski secara fisik terbatasi oleh furnitur atau elemen lain.

Kombinasi ruang dapur + ruang makan


Kombinasi ruang makan + ruang keluarga



Tuesday, October 26, 2010

Luas Lahan Terbatas

Memiliki luas lahan terbatas merupakan konsekuensi dari berbagai hal, di antaranya adalah minimnya budget untuk membeli lahan yang lebih luas, karena tingginya harga lahan terutama di daerah perkotaan. Hal ini paling banyak terjadi seiring dengan perkembangan kota dan meningkatnya kaum urbanis dari desa pindah ke kota karena bekerja di kota. Fenomena ini telah dimanfaatkan oleh para pemilik lahan perkotaan dan para pengembang untuk meraup untung penjualan lahan perkotaan yang lebih besar.
Selain fenomena perkembangan kota, lahan terbatas juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan permukiman yang kurang menguntungkan. Kondisi tersebut dapat berupa lahan yang terlalu curam, bentuk lahan yang tidak efisien, lahan terlalu banyak kontur dan lahan rawan longsor. Kondisi ini tentu menjadi masalah bagi pemanfaatan lahan yang tersedia, sehingga area terbangun tidak dapat optimal pada lahan yang tersedia.

Lokasi: Perumahan Bukit Indah Cinere
Lahan curam rawan longsor menyebabkan sulitnya pengembangan hunian.
Keterbatasan tersebut tentu sedikit banyak melunturkan mimpi memiliki hunian idaman dengan berbagai fasilitas pendukungnya, termasuk ruang luar sebagai sarana bermain, olah raga dan beragam aktivitas lainnya. Namun saat ini dengan dukungan peralatan yang memadai, permasalahan lahan yang tidak menguntungkan dapat diatasi dengan baik. Misalnya untuk lahan miring, pembangunan hunian dengan model split level lantai dan untuk lahan curam dilakukan pengolahan lahan dengan sistem berundak.
Pada umumnya, lahan disebut terbatas jika memiliki luas maksimal 100 m2 dengan ukuran beragam pada masing-masing lahan tersedia. Mengacu pada denah umum hunian, lebar lahan minimal adalah 6 m. Berarti jika lahan memiliki luas 100 m2, maka ukuran lahan adalah: 6m x 16,7m; 7m x 14,3m; 8m x 12,5m; 9m x 11,2m; 10m x 10m. Berdasarkan tingkat kelayakan hunian, maka 80% luas lahan yang tersedia adalah area terbangun, dan sisa lahan 20% adalah ruang luar sebagai open space dan resapan air tanah.
Paradigma masyarakat yang berkembang adalah bahwa pengertian lahan terbatas adalah lahan yang sempit dan terbatasi secara horisontal oleh lahan, bangunan dan lingkungan sekitarnya. Sehingga pengembangkan hunian dapat juga ke arah vertikal (bertingkat), sejalan dengan tuntutan kebutuhan ruang yang semakin besar. Dengan demikian luas hunian dapat lebih besar dibanding dengan luas lahan yang tersedia, karena luas hunian merupakan akumulasi luas masing-masing lantai hunian.

Pengembangan hunian ke arah vertikal menjadi solusi pengembangan hunian pada lahan terbatas.
Lokasi: Taman Kradenan Asri Foto: Teguh Prihanto
Pengembangan hunian ke arah vertikal tentu harus memperhatikan berbagai aspek yang mengikutinya, antara lain:
- Layout: tata ruang lantai atas bersifat privat dibanding lantai bawah
- Konstruksi: harus aman dengan daya dukung struktur kokoh dan tanah yang cukup stabil
- Estetika: harus memiliki irama yang sama antara lantai bawah dan lantai atas, sehingga tidak terkesan tambal sulam
- Pencahayaan: harus dapat memanfaatkan cahaya alami dengan maksimal sehingga perlu memperhatikan solid void bangunan
- Akses: penempatan tangga yang tepat dan jelas
- View: layout ruang yang memperhatikan potensi luar sebagai pertimbangan penempatan bukaan jendela, juga penempatan balkon pada lantai atas

Sumber : Kreatif Menata Hunian Mungil 

Monday, July 26, 2010

Nuansa Hijau Kamar Tidur

Warna hijau menggambarkan suasana sejuk, rindang, nyaman dan damai. Konteks psikologis menggambarkan sebuah penyatuan utuh terhadap alam sekitar dimana menjadi dambaan zetiap orang modern yang telah jenuh dengan keadaan monoton minimalis yang ada. Sampel-sampel berikut akan menjadi inspirasi kita menjadikan kamar tidur kita lebih hidup dan natural.


Kamar tidur dengan desain strip tebal, karya Index 11

Kamar tidur dengan desain floral retro. karya Rio Laksana


Kamar tidur dengan desain serene monochromatic. Visualisasi oleh Jeremy Sikorski


Kamar tidur hijau dengan penerangan skylight. Karya Zigshot82


Penerangan "Daylight" dan lampu artifisial. Karya GorgeB


Warna Super lembut, material, dan garis bersih membuat kamar tidur modern yang sempurna. Karya robihartono


Headboard artistik sebagai focal point kamar tidur. Karya ratyanus rombe


Tekstur hijau membuat dampak besar terhadap kamar tidur kecil. Karya NiNJaBiKeRz


kamar tidur remaja dengan akses hijau yang cukup kuat. Karya Aspa


Kamar tidur hijau sederhana. Karya Martin Kudela


Kamar tidur hangat dengan pencahayaan lembut. Karya Rio Laksana


Ruang luar sebagai bagian dari kamar tidur. Karya 3DSkaper

Ada ketenangan di kehalusan dinding berwarna. Karya Tom Majerski 


Detil artistik hijau menjadi fokus kamar mandi. Karya kate sonsing


Membawa suasana luar ke dalam kamar tidur. Karya rw4n


 Sarapan pagi di kamar mandi. karya GorgeB

Courtesy : www.home-designing.com

Tuesday, May 18, 2010

Kayu Untuk Furnitur

Meskipun Mahal, furnitur kayu tetap menjadi primadona. Material alami ini dapat memberikan kesan natural. Terlebih jika desainnya menarik, tentu furnitur semakin menarik.
Banyak orang yang menggemari furnitur kayu. Namun, tak banyak yang tahu jenis-jenis kayu yang digunakan sebagai material utamanya.



1. Kayu Solid
Kayu utuh yang tidak dibentuk dari sambungan atau gabungan, itulah yang disebut dengan kayu solid. Ada juga sebagian orang yang menyebutnya dengan kayu Jepara. Harga kayu solid cenderung mahal. Yang termasuk kayu solid antara lain, kayu jati, sungkai, nyatoh, dan jati belanda.

2. Kayu Lapis (plywood)
Kita juga mengenal kayu lapis dengan sebutan tripleks atau multipleks. Sesuai dengan namanya, kayu lapis terbentuk dari beberapa lapis lembaran kayu. Lembaran-lembaran tersebut direkatkan dengan tekanan tinggi dan menggunakan perekat khusus. Kayu lapis yang terdiri dari tiga lembar kayu disebut tripleks. Sedangkan yang terdiri dari lebih dari tiga lembar kayu, disebut multipleks.
Ketebalan kayu lapis bervariasi, mulai dari 3mm, 4mm, 9mm, dan 18mm. Sedangkan ukuran penampangnya adalah 120cmx240cm. Kayu lapis bisa digunakan sebagai material untuk kitchen set, tempat tidur, lemari, atau meja.

3. Kayu partikel (particle board)
Jenis kayu olahan yang satu ini terbuat dari serbuk kayu kasar yang dicampur dengan bahan kimia khusus. Campuran tersebut kemudian disatukan dengan lem dan dikeringkan dengan suhu tinggi.
Kayu partikel banyak digunakan sebagai material untuk berbagai furnitur. Namun, kayu partikel tergolong jenis kayu yang tidak tahan lama. Dalam kurun waktu tertentu, kayu partikel bisa berubah bentuk, terutama jika terkena air dan menahan beban terlalu berat.

4. MDF (Medium Density Fiberboard)
MDF adalah kayu yang terbuat dari campuran bubur kayu dengan bahan kimia tertentu. Cara pembuatannya mirip dengan kayu partikel. Kayu MDF merupakan material kayu olahan yang tidak tahan terhadap air dan kelembapan. Untuk daerah-daerah yang memiliki kelembapan tinggi, sebaiknya tidak menggunakan kayu MDF.
Kayu MDF memiliki berbagai jenis finishing yang bisa Anda pilih. Anda bisa melapisinya dengan irisan kayu tipis (veneer), atau pelapis kertas. Berbagai jenis finishing untuk kayu MDF juga tersedia dalam berbagai warna dan tekstur. Tersedia motif tekstur kayu alami, atau tekstur lainnya sesuai selera.

5. Blockboard
Jenis kayu olahan lainnya adalah blockboard. Balok-balok kayu berukuran 4cm-5cm dipadatkan menggunakan mesin. Setelah itu diberi pelapis, sehingga hasil akhirnya berupa lembaran seperti papan kayu. Blockboard memiliki dua pilihan ketebalan, 15mm dan 18mm. Harganya cenderung lebih murah dibandingkan kayu solid.

Penulis: Anissa
Foto: Martin

courtesy : nasional.kompas.com

Saturday, May 8, 2010

Memilih Desain Pagar

SELAIN sebagai pembatas lahan dengan jalan, pagar rumah juga berfungsi sebagai pengaman. Tetapi, karena posisinya berada di garis depan, pagar memiliki nilai tambah bila dirancang sesuai keinginan dan selera pemilik rumah.



"Tetapi sebelum Anda mengambil keputusan untuk memilih satu desain pagar tertentu, sebaiknya Anda mempertimbangkan terlebih dulu beberapa masukan," kata perancang properti Susi Kresnadi kepada Media Indonesia beberapa waktu lalu.
  1. Rumah yang dipagari mengadopsi gaya rumah model apa? Apakah gaya country, modern minimalis, klasik, mediteran atau lainnya? Atau mungkin mengikuti gaya etnik tertentu. Desain pagar sebaiknya masih satu tema dengan rancangan rumah. Maka pengembangan desain, bentuk dan detail pagar juga akan mengikuti tema tersebut. Misalnya, desain dari ornamen, pilihan warna, material utama, dan material tambahan tidak akan lari dari tema umum.
  2. Luas rumah juga perlu dijadikan pertimbangan. Apakah rumah termasuk rumah besar, sedang, atau rumah mungil dengan bentang pagar tidak lebih dari enam meter. Desain pagar rumah mungil sebaiknya jangan terlalu rumit dan warna-warni. pilihlah bentuk ramping, sederhana, dan proposional terhadap rumah.
Dalam hal ini, bentuk dan warna akan sangat membantu jika dipilih dengan benar. Untuk rumah ukuran besar dan sedang besar, ketentuan dan pendekatan desain dan penampilan sama dengan rumah mungil. Tetapi untuk rumah besar memiliki banyak pilihan desain, lebih fleksibel, ornamen, dan bahan yang dipilih lebih bisa warna-warni, dan lebih bisa diterapkan dalam berbagai bentuk serta tema.

Tren bentuk railing pagar rumah akan selalu berkembang mengikuti perkembangan teknologi dan variasi bahan bangunan yang ada di pasaran. Selain itu, pengerjaan dengan teknik mesin bubut, teknik las, dan teknik pengecatan yang dimiliki para tukang juga sangat mendukung hasil akhir penerapan satu desain pagar.
Material pendukung untuk pagar rumah kini bisa diperoleh dengan mudah. Sehingga para desainer/pemakai bisa bebas berimprovisasi mengekspresikan rancangan sesuai selera. Terutama dalam mengkombinasikan satu material dengan material lain dengan ekspresi estetika bervariasi.
Banyak material pagar yang dapat diandalkan bentuk dan keawetannya. Karena berada di halaman dan setiap saat terkena panas hujan. Ada beberapa pilihan yang dapat menjadi referensi:
  1. Besi relatif lebih murah dan mudah perawatannya. Di samping kuat, jika finishing-nya baik dan diberi antikarat. Besi juga mudah dibentuk. Terdapat beberapa macam jenis besi untuk bahan pagar. Misalnya, besi cor, besi hollow, baja ringan, atau stainless. Untuk rumah mungil pilihan pagar dengan material pilihan kombinasi besi dengan dinding bata pada bagian bawah sangat disarankan.
  2. Kayu juga banyak diminati, terutama jenis kayu keras yang tahan cuaca dan rayap. Jenis ini dapat difinis dengan cat, mellamic, atau plitur. Untuk rumah mungil, pilihan material kayu disarankan dipotong dengan pola ukuran kecil dan di pasang vertikal.
  3. Kombinasi kayu dengan besi juga menjadi pilihan baik untuk rumah besar, sedang, maupun mungil.
  4. Kombinasi besi dengan dinding bata lapis jenis batu hias, semacam batu candi, andesit, batu granit, marmer, dan lainnya. Pemakaian jenis batu sebaiknya di-coating dengan polesan yang dijual di pasaran agar awet dan terhindar dari jamur.
Susunan batu dapat dilakukan dengan cara bermacam-macam. Pasang diagonal untuk memberi kesan dinamis. Untuk pagar rumah mungil, dianjurkan memilih jenis bebatuan tidak berwarna hitam seperti batu candi atau andesit. Tetapi, jika tetap diinginkan, sebaiknya hanya dijadikan aksen saja.
Posisi dan fungsi pagar rumah sudah jelas. Tetapi keberadaan tanaman hias di sekitarnya akan menjadi elemen estetis yang sangat memengaruhi penampilan. Selain posisi rumah sebagai latar belakang pagar, sehingga tergambar satu kesatuan bentuk dalam satu frame antara keduanya. Posisi tanaman hias akan mampu menjadikan frame tersebut menjadi lebih indah. (Ria/S-3)

courtesy: winryproperty.blogspot.com / Foto: roemahku.wordpress.com

Tuesday, April 27, 2010

Cermin Dalam Ruang

"Sana sini mentok". Istilah itu sangat tepat untuk menggambarkan sebuah apartemen, yang umumnya memiliki area terbatas. Ditambah dengan ketiadaan halaman, ruang dalam apartemen seolah-olah terasa lebih “menekan”. Karena itu, interior sebuah apartemen harus dirancang agar terlihat lebih luas, dan tentunya lebih nyaman.

http://hiasanrumah.files.wordpress.com

Cermin Sebagai Dinding 
Cara yang banyak dilakukan desainer interior untuk memperluas ruang adalah dengan menggunakan cermin. Ilusi yang tampak di cermin bisa membuat ruang tampak 2 kali lebih besar. Batas pandangan yang tadinya terbentur tembok, seakan-akan diperluas ke dalam cermin.

Cara inilah yang diterapkan pada apartemen mungil ini. Secara ekstrim, di sini cermin dipasang “penuh” pada dinding yang berbatasan dengan ruang tidur. Dinding antara pintu kamar anak dengan ruang tidur utama pun tak luput dari cermin.

Memasang cermin berukuran raksasa memang cukup efektif. Namun yang jadi masalah adalah keterbatasan ukuran cermin yang ada di pasaran. Anda memang bisa memesan cermin berukuran sangat besar, tapi pastinya harganya menjadi sangat mahal. Belum lagi kesulitan saat memasukkan cermin ke dalam rumah dan memasangnya. Bayangkan pula bila pecah, Anda harus mengganti seluruhnya. Agar lebih praktis, di sini digunakan cermin dalam bentuk panel-panel berukuran 130 cm x 80 cm, yang “disatukan” dengan penyangga dari aluminium (ada namanya???).

Karena dinding dipenuhi cermin, peralatan listrik seperti stop kontak dan sakelar sebaiknya telah ditentukan posisinya sebelum cermin dipasang. Pertama-tama, cermin dilubangi seukuran stop kontak atau sakelar, kemudian dipasang di dinding. Baru setelah itu rumah sakelar dipasang.

Selain memperluas pandangan, penggunaan cermin di seluruh dinding ternyata bisa mengurangi biaya pengecatan. Dinding tak perlu dicat, bahkan tak perlu diaci lagi. Selain itu, kalau kotor gampang membersihkannya.


Rahma Yulianti/ Made Mardiani Kardha / Sumber: Tabloid Rumah
courtesy: nasional.kompas.com

Ruang Makan Terbuka

Ruang makan ini berada pada rumah tiga lantai dengan ukuran bangunan per lantainya 6mx17m. Ruang makan berada satu lantai bersama dengan ruang keluarga dan pantry. Ketiga ruangan jadi satu, dibiarkan terbuka tanpa sekat.



Salah satu keistimewaan ruang makan ini adalah dinding kacanya. Kaca pada rumah ini tampil frameless (tanpa kusen). Jadi, kaca dipasang dengan cara ditanam langsung ke dalam lantai, dinding, dan plafon. Kaca dibuat selebar dinding dan dipasang menerus dari lantai hingga plafon. 

Pada beberapa bagian, kaca dapat dibuka dengan sistem pivot (engsel di tengah) sehingga udara luar dapat masuk.

Meskipun semua ruang jadi satu, namun ruang makan ini tetap tampil menonjol. Ini karena posisi ruang makan dibuat lebih mundur sedikit dari garis dinding ruang keluarga dan pantry, yaitu sekitar 2m. Plafonnya juga dibuat beda dari plafon keseluruhan yang terbuat dari gypsum board.

Plafon ruang makan dibuat berbentuk L menerus dari dinding ke plafon, dengan ketinggian plafon lebih rendah dari level plafon keseluruhan - dikenal dengan istilah drop ceiling. Drop ceiling itu dibuat menggunakan multipleks yang dilapis veneer kayu warna cokelat terang. Ia juga berguna untuk menyembunyikan grill AC.


Courtesy : nasional.kompas.com

Tuesday, April 20, 2010

Sumur Resapan Pekarangan

Air hujan yang jatuh ke bumi merupakan sumber air yang dapat dipakai untuk keperluan mahluk hidup, ini adalah sikulus hodrologi. Dalam siklus ini, secara alamiah air hujan yang jatuh ke bumi sebagian akan masuk ke perut bumi dan sebagian lagi akan menjadi aliran permukaan melalui sungai dan terbuang percuma ke laut. 

Dengan kondisi daerah tangkapan air yang semakin kritis, maka kesempatan air hujan masuk ke perut bumi menjadi semakin sedikit. Sementara itu pemakaian air tanah melalui pompanisasi semakin hari semakin meningkat. Akibatnya terjadi defisit air tanah, yang ditandai dengan makin dalamnya muka air tanah. Hujan berkurang sedikit saja beberapa waktu maka air tanah cepat sekali turun.


Kondisi semakin turunnya muka air tanah kalau dibiarkan terus, maka akan berakibat sulitnya memperoleh air tanah untuk keperluan pengairan pertanian dan keperluan mahluk hidup lainnya. Disamping itu dapat menyebabkan intrusi air laut semakin dalam ke arah daratan. Berkaitan dengan hal tersebut, maka perlu konservasi air sebagai upaya untuk penambahan air tanah melalui pembangunan sumur-sumur resapan. 

Prinsip dasar konservasi air ini adalah mencegah atau meminimalkan air yang hilang sebagai aliran permukaan dan menyimpannya semaksimal mungkin ke dalam tubuh bumi. Atas dasar prinsip ini maka curah hujan yang berlebihan pada musim hujan tidak dibiarkan mengalir percuma ke laut tetapi ditampung dalam suatu wadah yang memungkinkan air kembali meresap ke dalam tanah ( groundwater recharge).

Dengan muka air tanah yang tetap terjaga atau bahkan menjadi lebih dangkal, air tanah tersebut dapat dimanfaatkan pada saat terjadi kekurangan air di musim kemarau dengan jalan memompanya kembali ditempat yang lain ke permukaan.







Beberapa Ketentuan Umum untuk Pembangunan Konstruksi Sumur Resapan
  1. Sumur resapan sebaiknya berada diatas elevasi/kawasan sumur-sumur gali biasa.
  2. Untuk menjaga pencemaran air di lapisan aquifer, kedalaman sumur resapan harus diatas kedalaman muka air tanah tidak tertekan (unconfined aquifer) yang ditandai oleh adanya mata air tanah. Pada daerah berkapur/karst perbukitan kapur dengan kedalaman/solum tanah yang dangkal, kedalaman air tanah pada umumnya sangatlah dalam sehingga pembuatan sumur resapan sangatlah tidak direkomendasikan. Demikian pula sebaliknya di lahan pertanian pasang surut yang berair tanah sangat dangkal.
  3. Untuk mendapatkan jumlah air yang memadai, sumur resapan harus memiliki tangkapan air hujan berupa suatu bentang lahan baik berupa lahan pertanian atau atap rumah.
  4. Sebelum air hujan yang berupa aliran permukaan masuk kedalam sumur melalui saluran air, sebaiknya dilakukan penyaringan air di bak kontrol terlebih dahulu.
  5. Bak kontrol terdiri-dari beberapa lapisan berturut-turut adalah lapisan gravel (kerikil), pasir kasar, pasir dan ijuk.
  6. Penyaringan ini dimaksudkan agar partikel-partikel debu hasil erosi dari daerah tangkapan air tidak terbawa masuk ke sumur sehingga tidak menyumbat pori-pori lapisan aquifer yang ada.
  7. Untuk menahan tenaga kinetis air yang masuk melalui pipa pemasukan, dasar sumur yang berada di lapisan kedap air dapat diisi dengan batu belah atau ijuk.
  8. Pada dinding sumur tepat di depan pipa pemasukan, dipasang pipa pengeluaran yang letaknya lebih rendah dari pada pipa pemasukan untuk antisipasi manakala terjadi overflow/luapan air di dalam sumur. Bila tidak dilengkapi dengan pipa pengeluaran, air yang masuk ke sumur harus dapat diatur misalnya dengan seka balok dll.
  9. Diameter sumur bervariasi tergantung pada besarnya curah hujan, luas tangkapan air, konduktifitas hidrolika lapisan aquifer, tebal lapisan aquifer dan daya tampung lapisan aquifer. Pada umumnya diameter berkisar antara 1 – 1,5 m
  10. Tergantung pada tingkat kelabilan/kondisi lapisan tanah dan ketersediaan dana yang ada, dinding sumur dapat dilapis pasangan batu bata atau buis beton. Akan lebih baik bila dinding sumur dibuat lubang-lubang air dapat meresap juga secara horizontal.
  11. Untuk menghindari terjadinya gangguan atau kecelakaan maka bibir sumur dapat dipertinggi dengan pasangan bata dan atau ditutup dengan papan/plesteran.




Komponen Bangunan Sumur Resapan
Bangunan sumur resapan sekurang-kurangnya terdiri dari :Saluran air sebagai jalan air yang akan dimasukkan ke dalam sumur.
  • Bak kontrol yang berfungsi untuk menyaring air sebelum masuk sumur resapan.
  • Pipa pemasukan atau saluran air masuk. Ukuran tergantung jumlah aliran permukaan yang akan masuk.
  • Sumur resapan
  • Pipa pembuangan yang bersungsi sebagai saluran pembuangan jika air dalam sumur resapan sudah penuh.
courtesy : kibagus-homedesign.blogspot.com

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...