RUMAH tinggal  pada umumnya menggunakan batu bata sebagai dasar rangka dinding. Namun,  apakah Anda sudah cukup mengenal material satu ini sehingga bisa  memilih yang terbaik?
Batu bata merah dulu dan yang sekarang  sudah sangat berbeda, baik dari sisi kekuatan maupun ukurannya. Selain  semakin getas, dimensinya pun semakin lama semakin menyusut. Semua itu  memang saling berkaitan, entah karena alasan biaya produksi yang kian  tinggi atau harga jual yang harus semakin ditekan.
"Jika dilihat  dari jenisnya, batu bata terdiri atas jenis bata tanah liat atau  lempung, bata pasir kapur, dan bata mortar. Sedangkan dari segi  pembuatannya, ada batu bata merah konvensional dan bata press,"  sebut arsitek Andi Haryadi.
 
"Batu bata merah konvensional  teksturnya kasar, tidak rapi, dan kadar kekerasannya tergantung pada  kualitas bahan serta teknik pembakarannya. Bata jenis inilah yang agak  sulit dipertanggungjawabkan ukuran dan kekuatannya. Sedangkan bata press  teksturnya lebih halus, ukurannya sama dan kekerasannya lebih baik.  Warna bata juga akan tergantung dari jenis tanah liat yang digunakan  serta lama proses pembakarannya," ucap Andi.
Dari segi aplikasi,  bata merah konvensional biasanya digunakan untuk konstruksi dinding  dengan plesteran biasa karena kekurangan dari jenis bata ini bisa dengan  mudah ditutupi lapisan semen. Sedangkan batu bata press sering  diaplikasikan tanpa lapisan penutup atau yang lebih sering kita kenal  dengan bata ekspos.
"Salah satu jenis bata press adalah  bata kuo shin yang biasa digunakan untuk bahan pagar. Jenis  bata ini sebenarnya sudah melalui uji kelayakan sehingga mutunya dapat  dipertanggungjawabkan. Kadang setiap kasus memang harus dilihat dulu  penyebabnya. Apakah karena teknik pemasangannya kurang sempurna atau ada  hal-hal lain yang kurang sesuai," papar Andi.
Salah satu kelebihan  menggunakan bata press sebagai bata ekspos adalah, bata ini memang  cenderung tahan lama atau awet. Ukurannya pun presisi, tetapi sebagian  orang menilai sisi artistiknya kurang karena terkesan kaku dan kurang  alami. Wajar saja, ini karena produk tersebut dihasilkan oleh mesin  sehingga cenderung tipikal dan kurang berseni.Namun, Anda  jangan khawatir, karena hal ini dapat diatasi dengan teknik  penyusunannya. Jika menggunakan teknik konvensional memang akan  cenderung monoton dan kurang artistik.
Trik untuk menyiasatinya  adalah dengan membuat alur-alur di setiap ketinggian 50 cm. Susunannya  setengah bata atau menyusun setengah bata dengan posisi tegak. Kombinasi  susunan ini bisa bervariasi asal tetap mempertimbangkan kekuatan batu  bata dan dalam posisi tetap berselang-seling.
"Tapi, jika Anda  ingin tetap menggunakan batu bata merah konvensional agar tampilan  dinding tetap terlihat berseni, kombinasi susunan seperti di atas bisa  juga diterapkan selain teknik pemasangan. Memang sih tidak semua tukang  bisa mengerjakan bata ekspos ini karena butuh ketelitian dan ketekunan  yang sangat tinggi. Apalagi setengahnya merupakan pekerjaan seni," ujar  Andi.
Untuk menyiasati tekstur bata yang tidak rata,di sini  teknik pemasangan sangat berperan penting. Material yang terlalu tebal  atau tebal-tipisnya tidak beraturan akan membuat tampilan dinding ekspos  ini jadi terkesan kumuh atau seperti rumah setengah jadi.
Bata  ekspos juga cukup rentan terhadap jamur. Karena itu, secara berkala  lakukanlah pelapisan (coating) dengan cairan khusus yang dapat  melindungi batu bata dari kelembapan dan jamur. Sedikitnya lakukan dua  kali pelapisan setelah pemasangan dan bisa diulangi secara berkala,  misalnya tiga bulan sekali sehingga tampilan dinding tetap bagus serta  tidak mudah rusak terkena pergantian cuaca.
"Akan lebih baik  lagi jika dinding bata ekspos terlindungi dari cuaca langsung,seperti  digunakan pada bagian interior saja atau teras yang memiliki atap  pelindung. Hujan dan panas matahari langsung kurang lebih bisa  memengaruhi warna serta tampilan bata," sebut Andi.(Koran SI/Koran  SI/nsa).
Courtesy : lifestyle.okezone.com
Tuesday, February 9, 2010
Evolusi Batu Bata
10:54 PM
  material
  

