Ingin menghidupkan suasana dengan pencahayaan, tapi ruangan sudah dipenuhi berbagai elemen estetis. Bagaimana cara mengaturnya agar tak terlihat berlebihan?
Kaoru Mende, seorang lighting designer dari Jepang, menjelaskan dalam bukunya, Designing with Light and Shadow , bahwa cahaya merupakan salah satu material dalam bangunan. Kedudukannya sama dengan kayu, kaca, bata, ataupun keramik. Cahaya bisa meningkatkan nilai, atau justru malah merusak nilai estetika suatu material. Maka, konsep penataan cahaya sebaiknya disusun sejak awal mendesain ruangan.
Berdasar teori interior, elemen cahaya tidak boleh terlihat terlalu menonjol dibanding desain interiornya. Hal ini disebutkan oleh Profesor Christian Bartenbach dalam buku, Light of The World . Menurutnya, cahaya harus membantu agar ruangan terlihat natural, tidak berlebihan. Kecuali, untuk tujuan khusus, misalnya komersial.
Pada kasus tertentu, ruangan sudah begitu ramai dengan banyaknya pajangan atau aksesori, seperti yang terlihat pada ruang tamu di kediaman Ir. Warsoadhi ini. Aksesori bernuansa Jawa ramai menghiasi setiap sudut ruangan. Kalau sudah begini, pencahayaan seperti apa yang bisa digunakan?
Agar tak berkesan terlalu ramai, ikuti saja konsep desain interior yang diusung. Sebab, pencahayaan yang baik harus mampu berintegrasi dengan ruangan. Untuk ruangan bergaya tradisional seperti ini, pilih armatur lampu yang mendukung suasana tersebut. Lampu antik yang digantungkan pada plafon sangat pas ditempatkan dalam ruangan yang dihiasi gebyok khas Jawa. Tak hanya menguatkan nuansa tradisional, tetapi juga seolah membawa kita ke masa lalu. Maklum, lampu ini memang identik dengan zaman kakek-nenek kita.
Beginilah kira-kira cara melibatkan tata cahaya dalam konsep interior. Terlihat cantik dan tak berlebihan. Nggak bingung lagi dong , menata cahaya dalam rumah?
courtesy : www.ideaonline.co.id