Area taman dalam rumah merupakan bagian yang bisa diterapkan untuk membuat ventilasi terbuka. Kiat memerangi dampak pemanasan global tidaklah sulit sepanjang tahu kiat-kiatnya secara jitu. Lantas, bagaimana cara menerapkannya dalam hunian?
Dampak global warming (pemanasan global) kian terasa di seluruh muka bumi ini. Untuk menguranginya, dapat dimulai dari diri sendiri.
Salah satu hal yang dapat dilakukan adalah dengan menata hunian semaksimal mungkin. Mulai dari menghadirkan pencahayaan alami dan buatan yang hemat energi. Cahaya alami yang berasal dari sinar matahari diperlukan untuk dimasukkan ke dalam rumah agar terasa lebih hidup dan bermanfaat bagi tubuh dan jiwa kita.
Selain itu, dengan pencahayaan alami juga akan memberi keleluasaan masuk ke rumah sehingga di siang hari tak perlu menyalakan lampu. Dengan demikian, tidak ada pemborosan energi di sini. Penempatan cahaya alami ini dapat masuk ke dalam rumah dan memberikan penerangan yang cukup dan menghangatkan rumah.
Penataan pencahayaan alami dalam hunian dapat berupa void dan ventilasi cahaya. Kehadiran void amat dibutuhkan dalam sebuah hunian. Selain itu, menurut arsitek Nirwono Yoga, kehadiran plafon dalam hunian pun harus sesuai standar bangunan yang mencapai 2,5-3 meter persegi.
Ventilasi cahaya ini terbagi menjadi dua bagian yaitu ventilasi terbuka dan tertutup. Ventilasi terbuka ialah ventilasi yang membiarkan cahaya menerobos langsung ke dalam rumah. Sementara ventilasi tertutup ialah ventilasi yang mempergunakan lapisan (kaca, polikarbonat, dan sebagainya) untuk menyaring cahaya matahari yang masuk ke dalam rumah.
Posisi penempatan ventilasi cahaya berupa ventilasi langsung atau terbuka (daun jendela) maupun ventilasi tidak langsung atau tertutup menggunakan kaca mati hendaknya diatur ideal yang hanya menerima limpahan cahaya lembut di pagi dan sore hari saja. Adapun cahaya keras yang terik dan menyilaukan pada siang hari sebaiknya tidak ditoleransi masuk ke dalam rumah.
Cara menghindarkan suhu panas maksimal cahaya matahari tersebut ialah dengan siasat penempatan posisi ventilasi yang tepat. "Penempatan posisi ventilasi bukan hanya pada sisi bangunannya, juga dimungkinkan pada sisi atas (bagian atap). Hanya, ventilasi pada bagian atap atau attic memiliki risiko lebih tinggi terhadap rembesan air hujan jika pelaksanaannya tidak hati- hati. Maka, perlu perhatian dan teknik khusus untuk mencegah terjadinya rembesan tersebut," ungkap pria yang bersama Yori Antar, yang baru mengeluarkan buku bertema Komedi Lenong Satire Ruang Terbuka Hijau.
Jika hendak membuat ventilasi terbuka di bagian atas, penempatan yang tepat adalah di area taman dalam rumah dan area basah untuk laundry room (aktivitas cuci dan jemur) dengan maksud curahan air hujan dapat segera terserap ke dalam tanah.
"Ada keistimewaan yang diperoleh dengan hadirnya ventilasi pada bagian atap, yakni pemandangan langit yang indah pada malam hari. Cahaya bulan dan bintang sewaktu bersantap malam atau saat sedang bersantai di ruang keluarga memberikan nuansa yang indah dan romantis," kata pemerhati lingkungan itu. Nah, memaksimalkan pencahayaan alami dalam hunian jauh lebih sehat dan murah kan?
Lampu Hemat Energi
Ketergantungan manusia terhadap energi listrik bisa menyuburkan sikap konsumtif. Tanpa disadari, ternyata kita lengah untuk memperhatikan kebiasaan konsumtif tanpa kontrol. Ada baiknya kita perhatikan sendiri cara menggunakan energi tersebut.
Apakah pernah dikontrol dengan mencatatnya atau mengaturnya? Bila pengendalian ini dilakukan, pasti akan menambah uang sisa dan mungkin bisa menambah tabungan. Menurut Andri Wardhana, Wakil Ketua Himpunan Desainer Interior Indonesia (HDII) DKI Jakarta.
"Sebetulnya, hemat energi itu menyangkut pada pemakaian cahaya dan penghawaan buatan. Kalau penataannya sudah cukup, tidak terlalu banyak menggunakan energi listrik. Untuk mengakomodasi hal itu, desain ruang harus disesuaikan dengan penghawaan dan pencahayaan yang tepat selaras kebutuhan ruang."
Dalam penataan interior, termasuk warna dinding, hendaknya menggunakan warna yang terang dan cerah, seperti warna krem, pastel atau baby white. Sebab, warna terang mampu memantulkan cahaya dibandingkan dengan warna gelap, seperti abu-abu, biru, cokelat atau hitam. Karena itu, lampu dengan daya watt yang kecil mampu menerangi ruangan secara memadai.
Pemasangan genting kaca pada plafon yang mengekspos ring balk pada kuda-kuda, seperti di ruang keluarga, kamar mandi, dapur dan ruang kerja, akan mengurangi konsumsi listrik. Karena di siang hari tak perlu lagi mengandalkan cahaya lampu.
"Untuk meminimalisasi pemakaian lampu, dapat dilakukan dengan penataan genting kaca pada plafon dan skylight. Bila cahaya yang masuk terlalu banyak dapat disaring dengan menggunakan kerai atau kisi-kisi," tutur pria yang bersama HDII belum lama ini mengeluarkan buku Karya Interior Desainer Interior Indonesia.
Tata ulang kebutuhan penerangan setiap ruangan perlu dilakukan. Ruangan yang lampunya terlalu terang, sedangkan tempat itu tidak digunakan untuk membaca atau bekerja, maka daya atau jumlah lampunya dapat dikurangi. Tinggalkan desain rumah yang tampak indah jika hanya menggunakan lampu pijar karena boros energi.
Pilihlah gaya arsitektur minimalis modern yang memiliki sentuhan seni yang kuat. Jangan lupa pula gunakan lampu hemat energi, yang lebih hemat 80 persen pemakaian listriknya dibanding lampu pijar. "Pemilihan lampu hemat energi sesuai dengan peletakan dan fungsi ruang yang harus terpenuhi akan menghemat energi 50 hingga 70 persen. Namun, yang paling penting diperhatikan adalah sikap seluruh pemilik rumah terhadap budaya hemat energi," ucapnya.
Banyak nilai positif yang dapat diperoleh jika kita melakukan penghematan energi. Dari segi finansial misalnya, semakin hemat kita mengonsumsi listrik, tentu akan sedikit pula biaya yang dikeluarkan untuk membayar listrik. Dengan kata lain, menata hunian yang maksimal akan membuat tatanannya lebih hemat energi.
(mbs)
courtesy : lifestyle.okezone.com