Kita ketahui bahwa kayu mutlak dibutuhkan dalam pembangunan rumah. Oleh karena itu eksplorasi besar-besaran, seperti penebangan pohon di hutan-hutan Kalimantan, banyak terjadi. Melihat penebangan pohon dan penggundulan hutan seperti itu, arsitek Effan Adhiwira merasa prihatin dan mengatakan harus ada pilihan lain untuk menyelamatkan kayu.
Bahkan sekarang, karena permintaan kayu yang sangat besar di pasaran, eksplorasi kayu sudah merambah sampai ke Papua, tak hanya Kalimantan saja. Effan mengatakan, pasar membutuhkan pilihan lain yang tidak kalah dengan material kayu untuk membangun rumah. Pilihan ini juga ramah lingkungan, tetapi utamanya memberikan pilihan agar dapat mengurangi produksi kayu. Effan menambahkan bambu merupakan pilihan yang tepat sebagai alternatif bahan pembangun rumah.
Bambu memang sudah lama didengungkan sebagai material alternatif karena produksinya lebih murah. Struktur bambu juga kuat. Namun, kurangnya sosialisasi dan bukti-bukti bahwa rumah berbahan bambu itu kuat menjadikan peminatnya sedikit. Hal itu dibuktikan oleh John Hardy dengan mendirikan Green School dan hunian Green Village di Bali. Green School merupakan sekolah yang bangunannya terbuat dari bambu. Di sini, para peserta didik diajarkan cara mengenal dan menyayangi lingkungan. Sedangkan Green Village adalah hunian bagi orangtua siswa tinggal di dekat sekolah. Sekolah yang sudah berdiri sejak 2008 ini memprioritaskan material alam di sekitar lingkungan sekolah menjadi bahan utamanya.
"Di sana diajarkan bahwa di alam ini tidak ada yang berwujud kotak sempurna, karenanya bangunan mengikuti dan beradaptasi terhadap apa yang sudah diberikan alam. Bangunan di Green School tidak memaksakan atau memotong pohon yang sudah ada," kata Effan.
Bangunan yang tercipta terlihat menakjubkan meskipun berbahan bambu. Begitu juga dengan teknik-teknik perencanaan bangunan yang dibuat secara matang dan mengutamakan unsur keselamatan komunitas di dalamnya. Desain bangunan tersebut dibuat secara bijaksana, yakni menggunakan material yang tersedia di alam, tetapi tetap berpikir kreatif untuk memaksimalkan karakteristik material itu. Namun, penggunaan bambu untuk membangun rumah juga patut memperhitungkan pemrosesan yang tepat. Misalnya saja, proses pengeringan yang sangat lama agar kekuatan bambu tahan lama dan antihama.
Effan juga mengemukakan bahwa pemakaian bambu juga tak boleh bersentuhan langsung dengan tanah. Agar semakin kuat dan memerhatikan aspek keselamatan, pemakaian bambu bisa dipadukan dengan penggunaan beton sebagai fondasi. Namun, lepas dari berbagai kekurangannya, pendekatan penggunaan bambu sebagai alternatif pendamping kayu akan mengajak masyarakat memikirkan isu-isu lokalitas. Effan juga melanjutkan material apa pun dapat dikembangkan. Proses ini sebagai salah satu pendekatan untuk membangun dunia yang berkelanjutan.
Courtesy : Pendopo.com I properti.kompas.com ::::
Bahkan sekarang, karena permintaan kayu yang sangat besar di pasaran, eksplorasi kayu sudah merambah sampai ke Papua, tak hanya Kalimantan saja. Effan mengatakan, pasar membutuhkan pilihan lain yang tidak kalah dengan material kayu untuk membangun rumah. Pilihan ini juga ramah lingkungan, tetapi utamanya memberikan pilihan agar dapat mengurangi produksi kayu. Effan menambahkan bambu merupakan pilihan yang tepat sebagai alternatif bahan pembangun rumah.
Bambu memang sudah lama didengungkan sebagai material alternatif karena produksinya lebih murah. Struktur bambu juga kuat. Namun, kurangnya sosialisasi dan bukti-bukti bahwa rumah berbahan bambu itu kuat menjadikan peminatnya sedikit. Hal itu dibuktikan oleh John Hardy dengan mendirikan Green School dan hunian Green Village di Bali. Green School merupakan sekolah yang bangunannya terbuat dari bambu. Di sini, para peserta didik diajarkan cara mengenal dan menyayangi lingkungan. Sedangkan Green Village adalah hunian bagi orangtua siswa tinggal di dekat sekolah. Sekolah yang sudah berdiri sejak 2008 ini memprioritaskan material alam di sekitar lingkungan sekolah menjadi bahan utamanya.
"Di sana diajarkan bahwa di alam ini tidak ada yang berwujud kotak sempurna, karenanya bangunan mengikuti dan beradaptasi terhadap apa yang sudah diberikan alam. Bangunan di Green School tidak memaksakan atau memotong pohon yang sudah ada," kata Effan.
Bangunan yang tercipta terlihat menakjubkan meskipun berbahan bambu. Begitu juga dengan teknik-teknik perencanaan bangunan yang dibuat secara matang dan mengutamakan unsur keselamatan komunitas di dalamnya. Desain bangunan tersebut dibuat secara bijaksana, yakni menggunakan material yang tersedia di alam, tetapi tetap berpikir kreatif untuk memaksimalkan karakteristik material itu. Namun, penggunaan bambu untuk membangun rumah juga patut memperhitungkan pemrosesan yang tepat. Misalnya saja, proses pengeringan yang sangat lama agar kekuatan bambu tahan lama dan antihama.
Effan juga mengemukakan bahwa pemakaian bambu juga tak boleh bersentuhan langsung dengan tanah. Agar semakin kuat dan memerhatikan aspek keselamatan, pemakaian bambu bisa dipadukan dengan penggunaan beton sebagai fondasi. Namun, lepas dari berbagai kekurangannya, pendekatan penggunaan bambu sebagai alternatif pendamping kayu akan mengajak masyarakat memikirkan isu-isu lokalitas. Effan juga melanjutkan material apa pun dapat dikembangkan. Proses ini sebagai salah satu pendekatan untuk membangun dunia yang berkelanjutan.
Courtesy : Pendopo.com I properti.kompas.com ::::