Memiliki luas lahan terbatas merupakan konsekuensi dari berbagai hal, di antaranya adalah minimnya budget untuk membeli lahan yang lebih luas, karena tingginya harga lahan terutama di daerah perkotaan. Hal ini paling banyak terjadi seiring dengan perkembangan kota dan meningkatnya kaum urbanis dari desa pindah ke kota karena bekerja di kota. Fenomena ini telah dimanfaatkan oleh para pemilik lahan perkotaan dan para pengembang untuk meraup untung penjualan lahan perkotaan yang lebih besar.
Selain fenomena perkembangan kota, lahan terbatas juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan permukiman yang kurang menguntungkan. Kondisi tersebut dapat berupa lahan yang terlalu curam, bentuk lahan yang tidak efisien, lahan terlalu banyak kontur dan lahan rawan longsor. Kondisi ini tentu menjadi masalah bagi pemanfaatan lahan yang tersedia, sehingga area terbangun tidak dapat optimal pada lahan yang tersedia.
Selain fenomena perkembangan kota, lahan terbatas juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan permukiman yang kurang menguntungkan. Kondisi tersebut dapat berupa lahan yang terlalu curam, bentuk lahan yang tidak efisien, lahan terlalu banyak kontur dan lahan rawan longsor. Kondisi ini tentu menjadi masalah bagi pemanfaatan lahan yang tersedia, sehingga area terbangun tidak dapat optimal pada lahan yang tersedia.
Lokasi: Perumahan Bukit Indah Cinere
Lahan curam rawan longsor menyebabkan sulitnya pengembangan hunian.
Keterbatasan tersebut tentu sedikit banyak melunturkan mimpi memiliki hunian idaman dengan berbagai fasilitas pendukungnya, termasuk ruang luar sebagai sarana bermain, olah raga dan beragam aktivitas lainnya. Namun saat ini dengan dukungan peralatan yang memadai, permasalahan lahan yang tidak menguntungkan dapat diatasi dengan baik. Misalnya untuk lahan miring, pembangunan hunian dengan model split level lantai dan untuk lahan curam dilakukan pengolahan lahan dengan sistem berundak.
Pada umumnya, lahan disebut terbatas jika memiliki luas maksimal 100 m2 dengan ukuran beragam pada masing-masing lahan tersedia. Mengacu pada denah umum hunian, lebar lahan minimal adalah 6 m. Berarti jika lahan memiliki luas 100 m2, maka ukuran lahan adalah: 6m x 16,7m; 7m x 14,3m; 8m x 12,5m; 9m x 11,2m; 10m x 10m. Berdasarkan tingkat kelayakan hunian, maka 80% luas lahan yang tersedia adalah area terbangun, dan sisa lahan 20% adalah ruang luar sebagai open space dan resapan air tanah.
Paradigma masyarakat yang berkembang adalah bahwa pengertian lahan terbatas adalah lahan yang sempit dan terbatasi secara horisontal oleh lahan, bangunan dan lingkungan sekitarnya. Sehingga pengembangkan hunian dapat juga ke arah vertikal (bertingkat), sejalan dengan tuntutan kebutuhan ruang yang semakin besar. Dengan demikian luas hunian dapat lebih besar dibanding dengan luas lahan yang tersedia, karena luas hunian merupakan akumulasi luas masing-masing lantai hunian.
Paradigma masyarakat yang berkembang adalah bahwa pengertian lahan terbatas adalah lahan yang sempit dan terbatasi secara horisontal oleh lahan, bangunan dan lingkungan sekitarnya. Sehingga pengembangkan hunian dapat juga ke arah vertikal (bertingkat), sejalan dengan tuntutan kebutuhan ruang yang semakin besar. Dengan demikian luas hunian dapat lebih besar dibanding dengan luas lahan yang tersedia, karena luas hunian merupakan akumulasi luas masing-masing lantai hunian.
Pengembangan hunian ke arah vertikal menjadi solusi pengembangan hunian pada lahan terbatas.
Lokasi: Taman Kradenan Asri Foto: Teguh Prihanto
Pengembangan hunian ke arah vertikal tentu harus memperhatikan berbagai aspek yang mengikutinya, antara lain:
- Layout: tata ruang lantai atas bersifat privat dibanding lantai bawah
- Konstruksi: harus aman dengan daya dukung struktur kokoh dan tanah yang cukup stabil
- Estetika: harus memiliki irama yang sama antara lantai bawah dan lantai atas, sehingga tidak terkesan tambal sulam
- Pencahayaan: harus dapat memanfaatkan cahaya alami dengan maksimal sehingga perlu memperhatikan solid void bangunan
- Akses: penempatan tangga yang tepat dan jelas
- View: layout ruang yang memperhatikan potensi luar sebagai pertimbangan penempatan bukaan jendela, juga penempatan balkon pada lantai atas
Sumber : Kreatif Menata Hunian Mungil
- Layout: tata ruang lantai atas bersifat privat dibanding lantai bawah
- Konstruksi: harus aman dengan daya dukung struktur kokoh dan tanah yang cukup stabil
- Estetika: harus memiliki irama yang sama antara lantai bawah dan lantai atas, sehingga tidak terkesan tambal sulam
- Pencahayaan: harus dapat memanfaatkan cahaya alami dengan maksimal sehingga perlu memperhatikan solid void bangunan
- Akses: penempatan tangga yang tepat dan jelas
- View: layout ruang yang memperhatikan potensi luar sebagai pertimbangan penempatan bukaan jendela, juga penempatan balkon pada lantai atas
Sumber : Kreatif Menata Hunian Mungil